Qodho dan Qodar: Mengenal Lebih Dalam Takdir dalam Islam, Biar Gak Bingung!

Table of Contents

Hai teman-teman! Pernah dengar istilah Qada dan Qadar? Pasti sering banget, apalagi dalam pelajaran agama atau ceramah. Tapi, sudah yakin betul belum apa sih sebenarnya makna dua kata sakral ini? Banyak orang mungkin mengira keduanya sama, atau justru bingung membedakannya. Padahal, memahami Qada dan Qadar itu penting banget lho, bukan cuma sebagai rukun iman keenam, tapi juga buat ketenangan hati kita dalam menjalani hidup. Yuk, kita bedah satu per satu biar makin paham!

Memahami Qada dan Qadar
Image just for illustration

Qada dan Qadar seringkali jadi topik yang bikin mikir keras. Ada yang bilang ini soal takdir yang udah pasti, ada juga yang bertanya-tanya, “Kalau semua sudah ditakdirkan, buat apa dong usaha?” Nah, di artikel ini kita akan coba kupas tuntas, dari definisinya sampai bagaimana kita harus menyikapi kedua konsep penting dalam Islam ini dalam keseharian kita. Siap-siap dapat pencerahan ya!

Apa Itu Qada?

Mari kita mulai dari kata Qada. Secara bahasa, kata Qada berasal dari bahasa Arab yang berarti ketetapan, hukum, keputusan, penciptaan, atau penyelesaian. Kalau di dalam konteks syariat Islam, Qada itu merujuk pada ketetapan Allah SWT sejak zaman azali (zaman sebelum keberadaan segala sesuatu) atas segala sesuatu yang akan terjadi di alam semesta ini. Ini adalah rencana besar Allah, blueprint dari seluruh kejadian di dunia ini, baik yang sudah terjadi, sedang terjadi, maupun yang akan terjadi sampai akhir zaman.

Gampangnya gini, Qada itu seperti “keputusan” atau “hukum” yang Allah tetapkan jauh sebelum kita lahir. Semua detail, mulai dari kapan kita lahir, siapa orang tua kita, rezeki kita, jodoh kita, sampai kapan kita meninggal, itu semua sudah tertulis dalam Qada Allah. Ini adalah ilmu Allah yang maha luas dan mencakup segalanya, tanpa ada satu pun yang terlewat. Jadi, Qada ini sifatnya global dan masih dalam tataran ilmu Allah yang belum terwujud.

Apa Itu Qadar?

Nah, kalau Qadar itu apa? Secara bahasa, Qadar berarti ukuran, kadar, kemampuan, atau penentuan. Dalam konteks syariat, Qadar adalah perwujudan atau realisasi dari ketetapan Allah (Qada) yang sudah ada di zaman azali itu, pada waktu dan kondisi tertentu. Jadi, kalau Qada itu adalah rencana Allah, maka Qadar adalah saat rencana itu diwujudkan, direalisasikan, atau terjadi dalam kenyataan.

Bayangkan Qadar ini sebagai pelaksanaan dari keputusan yang sudah dibuat. Ketika Allah menetapkan dalam Qada-Nya bahwa hujan akan turun pada tanggal sekian di tempat ini, maka saat hujan itu benar-benar turun, itulah Qadar. Ketika Allah menetapkan kita akan lahir dari orang tua tertentu, maka saat kita lahir, itulah Qadar. Intinya, Qadar adalah peristiwa konkret yang terjadi di dunia ini sesuai dengan Qada yang telah ditetapkan-Nya.

Qada dan Qadar
Image just for illustration

Qada dan Qadar: Dua Sisi Mata Uang yang Tak Terpisahkan

Setelah tahu definisinya, kamu pasti sudah bisa melihat benang merahnya, kan? Qada adalah ketetapan global Allah yang bersifat pra-kejadian, sedangkan Qadar adalah manifestasi atau perwujudan ketetapan itu secara spesifik dan nyata pada waktunya. Keduanya adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, seperti dua sisi mata uang. Tidak ada Qadar tanpa Qada, dan Qada akan terwujud melalui Qadar.

Contoh sederhana: Allah menetapkan (Qada) bahwa sebuah pohon akan tumbuh tinggi dan berbuah lebat di suatu tempat. Lalu, pada waktunya, bibit pohon itu ditanam, dirawat, dan akhirnya tumbuh menjadi pohon tinggi berbuah lebat. Peristiwa tumbuh dan berbuahnya pohon itu adalah Qadar. Ketetapan awal Allah itu adalah Qada. Tanpa Qada, tidak akan ada Qadar.

Hubungan Qada dan Qadar ini menunjukkan kesempurnaan ilmu dan kekuasaan Allah SWT. Semua yang terjadi di alam semesta ini, sekecil apa pun, tidak luput dari ilmu dan kehendak-Nya. Ini bukan berarti kita robot yang tidak punya pilihan, justru ini adalah landasan untuk kita berikhtiar semaksimal mungkin, karena hasil akhirnya tetap dalam genggaman Allah.

Empat Tingkatan Takdir yang Perlu Kamu Tahu

Untuk memahami Qada dan Qadar lebih dalam, para ulama menjelaskan ada empat tingkatan takdir atau maratib al-Qadar. Ini penting banget biar kita nggak salah paham tentang konsep ini.

1. Tingkatan Ilmu (Ilmu Allah yang Maha Luas)

Tingkatan pertama adalah ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Jauh sebelum alam semesta ini ada, Allah sudah mengetahui semua detailnya. Allah tahu apa yang akan terjadi, apa yang tidak terjadi, bagaimana jika sesuatu terjadi, dan bagaimana jika tidak terjadi. Ilmu Allah ini tidak berawal dan tidak berakhir, meliputi yang nyata dan yang gaib.

Ini berarti Allah tahu kapan kamu akan membaca artikel ini, apa yang kamu pikirkan, bahkan sampai detik-detik akhir kehidupanmu. Tidak ada satu pun partikel di alam semesta ini yang tersembunyi dari ilmu Allah. Ini adalah dasar dari segala Qada dan Qadar, karena segala ketetapan dan perwujudan-Nya didasari oleh ilmu-Nya yang sempurna.

2. Tingkatan Kitabah (Penulisan di Lauhul Mahfuzh)

Setelah Allah mengetahui segalanya, tingkatan berikutnya adalah Kitabah, yaitu penulisan semua ketetapan itu di Lauhul Mahfuzh (Lembaran yang Terpelihara). Lauhul Mahfuzh adalah catatan abadi yang di dalamnya tertulis semua takdir alam semesta, sejak awal penciptaan hingga hari kiamat.

Allah berfirman dalam QS. Al-Hajj: 70, “Tidakkah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh, yang demikian itu terdapat dalam sebuah Kitab (Lauhul Mahfuzh).” Ini adalah manifestasi nyata dari ilmu Allah yang diabadikan dalam sebuah catatan. Jadi, segala sesuatu yang akan terjadi itu sudah tertulis rapi di sana, lho!

3. Tingkatan Masyi’ah (Kehendak Allah)

Tingkatan ketiga adalah Masyi’ah, yaitu kehendak Allah yang mutlak. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi di alam semesta ini kecuali dengan kehendak Allah. Baik itu hal baik maupun hal buruk, semuanya terjadi atas kehendak-Nya. Kehendak Allah ini tidak bisa dibatasi, dipaksa, atau dicegah oleh siapapun dan apapun.

Ini menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya pengatur alam semesta. Jika Allah menghendaki sesuatu, maka sesuatu itu akan terjadi. Dan jika Allah tidak menghendaki, maka sesuatu itu tidak akan terjadi. Kehendak Allah ini mencakup segala hal, baik yang terjadi pada diri kita sebagai manusia, maupun pada seluruh makhluk di jagat raya ini.

4. Tingkatan Khalq (Penciptaan/Perwujudan)

Tingkatan terakhir adalah Khalq, yaitu penciptaan atau perwujudan. Ini adalah saat di mana kehendak Allah direalisasikan menjadi kenyataan. Apa yang telah diketahui Allah (ilmu), ditulis di Lauhul Mahfuzh (kitabah), dan dikehendaki-Nya (masyi’ah), pada akhirnya akan diciptakan dan diwujudkan oleh-Nya.

Ini adalah momen Qadar terjadi, saat segala sesuatu mengambil bentuk fisiknya atau peristiwa itu benar-benar berlangsung. Ketika hujan turun, ketika bayi lahir, ketika seseorang meninggal, itu semua adalah Khalq, perwujudan dari ketetapan dan kehendak Allah yang telah ada sejak azali. Jadi, tidak ada satupun kejadian di dunia ini yang lepas dari keempat tingkatan takdir ini.

Tingkatan Takdir
Image just for illustration

Bagaimana Qada dan Qadar Mempengaruhi Hidup Kita?

Memahami Qada dan Qadar bukan cuma teori, tapi juga punya dampak besar dalam hidup kita sehari-hari. Ini bukan berarti kita hanya pasrah tanpa usaha, justru sebaliknya!

Takdir Mubram dan Takdir Mu’allaq: Antara Pasti dan Usaha

Dalam pembahasan takdir, kita sering mendengar tentang Takdir Mubram dan Takdir Mu’allaq.

  • Takdir Mubram adalah takdir yang sifatnya mutlak dan tidak bisa diubah oleh usaha manusia. Ini adalah ketetapan Allah yang pasti terjadi, seperti kapan kita lahir, siapa orang tua kita, atau kapan ajal menjemput. Kita tidak punya kuasa untuk mengubahnya. Contohnya, jika Allah menetapkan seseorang akan meninggal pada usia 70 tahun, maka tidak ada upaya manusia yang bisa menunda atau mempercepatnya.
  • Takdir Mu’allaq adalah takdir yang keberlangsungannya tergantung pada usaha (ikhtiar) dan doa manusia. Takdir ini tidak mutlak, melainkan “digantungkan” pada pilihan dan upaya kita. Misalnya, rezeki, kesehatan, kepandaian, atau kesuksesan. Allah menetapkan kita memiliki potensi, tapi untuk mencapai potensi itu, kita harus berusaha.

Fakta Menarik: Konsep Takdir Mu’allaq inilah yang menunjukkan pentingnya ikhtiar dan doa dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada yang dapat mengubah takdir kecuali doa.” (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa doa adalah senjata bagi orang mukmin untuk berinteraksi dengan takdir mu’allaq. Dengan doa dan usaha yang sungguh-sungguh, kita bisa mengubah arah takdir mu’allaq yang Allah berikan.

Ikhtiar dan Tawakkal: Keseimbangan Hidup

Dalam menghadapi takdir, Islam mengajarkan kita untuk menjaga keseimbangan antara ikhtiar (usaha) dan tawakkal (berserah diri).

  • Ikhtiar adalah melakukan segala upaya yang terbaik, sekuat tenaga, dan sesuai syariat untuk mencapai tujuan. Ini adalah wujud ketaatan kita kepada Allah yang memerintahkan kita untuk bekerja keras. Contohnya, jika ingin pintar, ya belajar dengan giat. Jika ingin sehat, ya jaga pola makan dan olahraga.
  • Tawakkal adalah menyerahkan hasil akhir dari ikhtiar kita sepenuhnya kepada Allah SWT, setelah kita berusaha maksimal. Kita percaya bahwa Allah akan memberikan yang terbaik, apapun hasilnya. Tawakkal bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan pasrah setelah berusaha.

Tips: Ketika kamu menghadapi kesulitan atau kegagalan, ingatlah konsep Qada dan Qadar. Lakukan yang terbaik (ikhtiar), dan serahkan hasilnya kepada Allah (tawakkal). Jika berhasil, bersyukurlah. Jika belum berhasil, bersabarlah, evaluasi, dan terus berusaha. Kegagalan bukan akhir segalanya, mungkin itu adalah bagian dari takdirmu untuk belajar dan menjadi lebih kuat.

Meluruskan Pemahaman: Bukan Berarti Pasrah Tanpa Usaha!

Salah satu kesalahpahaman terbesar tentang Qada dan Qadar adalah anggapan bahwa jika semuanya sudah ditakdirkan, maka kita tidak perlu berusaha, cukup pasrah saja. Ini adalah pemahaman yang keliru dan berbahaya! Islam justru sangat menekankan pentingnya usaha dan kerja keras.

Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Ra’d: 11, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa perubahan itu harus dimulai dari diri kita, dari usaha kita.

Bayangkan jika seorang petani ingin panen padi. Apakah dia hanya duduk diam dan berharap padi tumbuh sendiri? Tentu tidak! Dia harus membajak sawah, menanam bibit, menyirami, memupuk, dan merawatnya. Setelah semua usaha itu, barulah dia bertawakkal kepada Allah untuk hasil panennya. Begitulah seharusnya kita menyikapi takdir.

Rasulullah SAW juga bersabda, “Ikatlah untamu, kemudian bertawakkallah.” (HR. Tirmidzi). Hadis ini mengajarkan kita untuk melakukan usaha terlebih dahulu (mengikat unta) baru kemudian berserah diri kepada Allah (tawakkal). Jadi, tidak ada tempat bagi kemalasan dalam Islam dengan alasan takdir.

Kenapa Kita Wajib Mengimani Qada dan Qadar?

Mengimani Qada dan Qadar adalah salah satu rukun iman yang keenam. Keimanan ini bukan sekadar formalitas, tapi membawa banyak hikmah dan manfaat luar biasa bagi kehidupan kita:

  1. Menenangkan Hati dan Jiwa: Ketika kita yakin bahwa semua yang terjadi adalah atas ketetapan Allah yang Maha Bijaksana, hati akan lebih tenang. Kita tidak akan terlalu larut dalam kesedihan atas apa yang luput, dan tidak terlalu bangga atas apa yang didapat.
  2. Mendorong untuk Bersyukur dan Bersabar: Jika mendapatkan nikmat, kita bersyukur karena itu takdir baik dari Allah. Jika mendapatkan musibah, kita bersabar karena itu takdir dari Allah yang pasti ada hikmahnya.
  3. Meningkatkan Tawakkal kepada Allah: Setelah berusaha maksimal, kita akan lebih mudah menyerahkan hasilnya kepada Allah, karena kita tahu Dialah penentu segalanya. Ini menghilangkan kekhawatiran yang berlebihan.
  4. Memberi Semangat untuk Berikhtiar: Iman kepada takdir tidak membuat malas, justru memacu kita untuk berusaha lebih giat. Kita tahu Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka berusaha mengubahnya.
  5. Melepaskan Diri dari Kesombongan dan Putus Asa: Jika berhasil, kita tidak sombong karena tahu itu dari Allah. Jika gagal, kita tidak putus asa karena yakin Allah punya rencana lain yang lebih baik.
  6. Mengajarkan Kerendahan Hati: Kita menyadari bahwa kita hanyalah makhluk yang lemah, tidak bisa mengendalikan segalanya, dan selalu membutuhkan pertolongan Allah.

Manfaat Mengimani Takdir
Image just for illustration

Landasan Kuat dalam Islam

Keimanan kepada Qada dan Qadar ini memiliki landasan yang kuat dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT berfirman:
* QS. Al-Qamar: 49
> “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir).”
> Ayat ini menegaskan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini diciptakan dengan takaran dan ketentuan yang telah ditetapkan.
* QS. Al-Ahzab: 38
> “…Dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.”
> Ayat ini menunjukkan bahwa ketetapan Allah adalah sesuatu yang mutlak dan pasti terjadi.
* QS. Ar-Ra’d: 11
> “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
> Ayat ini menekankan pentingnya ikhtiar manusia dalam mengubah takdir mu’allaq.

Dari Hadis Nabi Muhammad SAW:
* Dari Umar bin Khattab RA, ketika ditanya tentang iman, Rasulullah SAW menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir, baik yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim)
> Hadis ini secara eksplisit menyebutkan iman kepada takdir sebagai salah satu rukun iman.
* “Setiap sesuatu ada ukurannya, sampai kelemahan dan kecerdasan.” (HR. Muslim)
> Hadis ini menunjukkan bahwa bahkan sifat-sifat manusia pun termasuk dalam lingkup takdir.

Dalil-dalil ini memberikan landasan yang kokoh bagi kita untuk mengimani Qada dan Qadar, serta menjadikannya sebagai motivasi untuk senantiasa berbuat baik dan berikhtiar.

Jadi, Qada dan Qadar itu bukanlah konsep yang membuat kita pasrah dan diam. Justru sebaliknya, ia adalah pilar keimanan yang mendorong kita untuk berikhtiar sekuat tenaga, berdoa sepenuh hati, dan kemudian bertawakkal sepenuhnya kepada Allah dengan lapang dada. Dengan pemahaman yang benar, kita bisa menjalani hidup ini dengan lebih tenang, optimis, dan penuh harap kepada pertolongan Allah.

Bagaimana menurut kamu? Apakah artikel ini membantumu memahami Qada dan Qadar lebih dalam? Yuk, sharing pandanganmu di kolom komentar di bawah ini!

Posting Komentar