SJT Itu Apa Sih? Panduan Lengkap + Contoh Soal, Yuk Pelajari!
Pernah dengar atau bahkan pernah ikut tes SJT saat melamar kerja? Kalau belum, yuk kita bahas bareng-bareng! SJT itu singkatan dari Situational Judgement Test, alias Tes Penilaian Situasional. Ini bukan tes pengetahuan umum atau tes IQ biasa lho, tapi lebih ke tes yang menilai gimana caramu bereaksi atau mengambil keputusan di berbagai skenario kerja yang realistis. Tujuannya simpel: perusahaan mau tahu kamu cocok nggak dengan budaya kerja mereka dan gimana kamu menghadapi tantangan sehari-hari di kantor.
Tes ini dirancang untuk melihat skill non-teknis atau soft skills kamu, seperti cara berkomunikasi, kerja tim, etika kerja, dan kemampuan memecahkan masalah. Jadi, jangan heran kalau soalnya berupa cerita atau simulasi situasi yang bisa saja kamu temui di dunia kerja. Intinya, SJT adalah salah satu alat yang powerful bagi rekruter untuk melihat potensi adaptasi dan kinerja kamu di masa depan.
Mengenal SJT: Lebih dari Sekadar Tes Pengetahuan¶
SJT ini beda banget dengan tes psikometri lainnya yang sering kita temui. Kalau tes IQ mengukur kemampuan kognitif, SJT fokus pada bagaimana kamu berperilaku dalam situasi sosial dan profesional. Tes ini menguji kecerdasan emosional dan praktismu dalam konteks pekerjaan. Bayangkan kamu sedang dihadapkan pada dilema di kantor, nah SJT inilah yang akan merekam respons spontan dan logismu.
Image just for illustration
Seringkali, tes ini melibatkan skenario yang nggak punya jawaban tunggal “benar” atau “salah” mutlak. Sebaliknya, ada pilihan jawaban yang “lebih baik” atau “kurang baik” sesuai dengan nilai-nilai dan kompetensi yang dicari perusahaan. Makanya, penting banget untuk memahami apa yang sebenarnya diuji dan bagaimana perusahaan idealnya ingin kamu bertindak.
Kenapa SJT Penting dalam Rekrutmen?¶
Perusahaan sekarang nggak cuma mencari orang pintar, tapi juga orang yang tepat. Nah, SJT inilah jembatan untuk menemukan kandidat yang punya fit budaya dan perilaku yang kuat. Tes ini membantu rekruter memprediksi gimana seorang kandidat akan berperilaku dalam situasi dunia nyata di tempat kerja. Ini jauh lebih efektif daripada sekadar membaca CV atau wawancara singkat yang mungkin hanya menampilkan sisi terbaik kandidat.
SJT bisa jadi indikator kuat keberhasilan seseorang dalam peran tertentu. Misalnya, seorang manajer perlu kemampuan memecahkan konflik, atau seorang customer service perlu kesabaran dan empati. Tes ini menyediakan platform untuk menguji keterampilan-keterampilan penting tersebut secara objektif. Ini juga mengurangi kemungkinan adanya bias dalam proses seleksi, karena semua kandidat dihadapkan pada skenario yang sama.
Apa yang Diukur oleh SJT?¶
Secara umum, SJT mengukur beberapa kompetensi inti yang penting di hampir semua pekerjaan. Kemampuan memecahkan masalah, pengambilan keputusan, komunikasi efektif, kerja tim, kepemimpinan, etika kerja, dan manajemen konflik adalah beberapa di antaranya. Tes ini berusaha mengungkap bagaimana kamu menerapkan soft skills tersebut dalam konteks nyata. Kamu akan diminta memilih tindakan terbaik, tindakan terburuk, atau mengurutkan tindakan dari yang paling efektif hingga paling tidak efektif.
Misalnya, apakah kamu cenderung mengambil inisiatif, atau menunggu perintah? Apakah kamu lebih suka berkolaborasi, atau bekerja secara independen? SJT memberikan gambaran komprehensif tentang profil perilaku profesionalmu. Ini membantu perusahaan memastikan bahwa kamu nggak hanya punya skill teknis, tapi juga punya perilaku yang selaras dengan ekspektasi mereka.
Gimana Cara Kerja SJT?¶
Ketika kamu mengikuti SJT, kamu akan disajikan serangkaian skenario hipotesis yang mirip dengan situasi yang mungkin kamu hadapi di pekerjaan. Setiap skenario biasanya diikuti dengan beberapa pilihan tindakan atau respons. Tugasmu adalah memilih tindakan yang paling sesuai atau paling tidak sesuai, tergantung pada format soalnya. Jangan buru-buru menjawab ya, baca setiap skenario dan pilihan dengan cermat.
Proses pengerjaan SJT biasanya dilakukan secara online dan berbatas waktu. Jadi, skill manajemen waktu juga secara nggak langsung diuji. Kamu harus bisa menganalisis situasi, mempertimbangkan pro dan kontra dari setiap pilihan, dan membuat keputusan dalam waktu yang ditentukan. Kadang, ada juga soal yang meminta kamu untuk menilai efektivitas beberapa tindakan sekaligus.
Format Soal SJT yang Umum¶
Ada beberapa format soal SJT yang sering muncul:
1. Pilihan Ganda Terbaik/Terburuk: Kamu akan disajikan satu skenario dan empat atau lima pilihan tindakan. Kamu harus memilih satu tindakan yang paling efektif dan/atau satu tindakan yang paling tidak efektif.
2. Skala Peringkat: Untuk setiap skenario, kamu mungkin diberikan beberapa tindakan dan diminta untuk menilai seberapa efektif atau tepatnya setiap tindakan tersebut, misalnya dari skala 1 (sangat tidak efektif) sampai 5 (sangat efektif).
3. Urutan Peringkat: Kamu diberi beberapa tindakan untuk suatu skenario, lalu diminta untuk mengurutkannya dari yang paling efektif hingga yang paling tidak efektif.
Format ini dirancang untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang pola pikirmu saat menghadapi situasi. Ini bukan tentang jawaban yang “paling benar” menurut buku teks, tapi lebih ke jawaban yang paling sesuai dengan realitas kerja dan nilai-nilai perusahaan.
Menilai Responmu: Skoring SJT¶
Skoring SJT itu agak beda dari tes objektif biasa. Biasanya, para ahli atau manajer senior dari perusahaan tersebut akan menentukan “kunci jawaban” berdasarkan tindakan apa yang paling diinginkan atau paling sesuai dengan budaya dan nilai perusahaan. Setiap pilihan jawaban punya bobot nilai tertentu. Misalnya, pilihan yang sangat disarankan akan mendapatkan nilai tertinggi, sedangkan pilihan yang kurang tepat akan mendapat nilai rendah atau bahkan nol.
Ada juga model skoring yang membandingkan jawabanmu dengan jawaban dari sekelompok expert atau dengan data dari kandidat lain. Intinya, sistem skoring SJT ini dirancang untuk mengidentifikasi pola perilaku yang konsisten dan relevan dengan sukses di posisi yang kamu lamar. Jadi, jangan cuma mengandalkan “logika umum” tapi coba pahami juga konteks dan nilai yang mungkin dicari perusahaan.
Kenapa Perusahaan Suka Pakai SJT?¶
Perusahaan, apalagi yang besar, pasti punya alasan kuat kenapa mereka investasi waktu dan sumber daya untuk menggunakan SJT. Bukan cuma karena keren, tapi karena SJT ini terbukti punya manfaat yang signifikan dalam proses rekrutmen. Ini membantu mereka menyaring ribuan pelamar dan menemukan hidden gems yang mungkin nggak terlihat dari CV atau wawancara singkat.
Manfaat utamanya adalah validity atau validitas prediktifnya yang tinggi. SJT bisa memprediksi kinerja kerja dengan cukup akurat. Jadi, bukan cuma janji di CV, tapi potensi nyata yang bisa dilihat.
Memprediksi Kinerja di Tempat Kerja¶
Salah satu alasan utama kenapa perusahaan suka SJT adalah kemampuannya untuk memprediksi gimana kamu akan berkinerja di tempat kerja. Skenario yang disajikan di SJT itu seringkali diambil dari pengalaman nyata di perusahaan tersebut. Jadi, kalau kamu bisa memilih respons yang tepat di tes, kemungkinan besar kamu juga akan berperilaku serupa saat menghadapi situasi yang sama di pekerjaan sungguhan. Ini adalah indikator yang jauh lebih kuat daripada sekadar janji-janji di wawancara.
Image just for illustration
Tes ini membantu perusahaan mengurangi risiko merekrut orang yang skill teknisnya bagus tapi ternyata nggak bisa bekerja sama, nggak punya inisiatif, atau nggak cocok dengan budaya tim. Ini bisa menghemat banyak waktu dan uang lho bagi perusahaan dalam jangka panjang.
Mengurangi Bias dalam Seleksi¶
SJT juga dikenal efektif dalam mengurangi bias yang mungkin muncul dalam proses rekrutmen tradisional. Wawancara, misalnya, bisa dipengaruhi oleh kesan pertama, penampilan, atau bahkan kesamaan minat pribadi antara pewawancara dan kandidat. SJT memberikan penilaian yang lebih objektif karena semua kandidat dihadapkan pada skenario dan pilihan yang sama persis. Penilaian dilakukan berdasarkan respons yang terukur, bukan subjektivitas pewawancara.
Ini menciptakan lapangan bermain yang lebih setara bagi semua kandidat, tanpa memandang latar belakang, jenis kelamin, atau faktor-faktor lain yang tidak relevan dengan kinerja kerja. Dengan demikian, SJT mendorong proses rekrutmen yang lebih adil dan berdasarkan meritokrasi.
Tips dan Trik Jitu Menghadapi SJT¶
Meskipun SJT bukan tes yang bisa kamu “hafalkan” jawabannya, kamu tetap bisa mempersiapkan diri agar performamu maksimal. Kuncinya adalah memahami esensi tesnya dan melatih cara berpikir yang tepat. Jangan panik kalau kamu belum pernah mengerjakannya, karena ini memang bukan soal matematika yang ada rumus pastinya.
Penting untuk diingat bahwa setiap perusahaan punya nilai dan budaya yang berbeda. Jadi, riset tentang perusahaan yang kamu lamar itu krusial banget. Apa yang mereka junjung tinggi? Bagaimana mereka ingin karyawan mereka berinteraksi?
Pahami Nilai-nilai Perusahaan¶
Sebelum mengikuti SJT, luangkan waktu untuk riset tentang perusahaan yang kamu lamar. Kunjungi situs web mereka, baca tentang misi, visi, dan nilai-nilai inti perusahaan. Seringkali, perusahaan akan menjelaskan tentang budaya kerja dan kompetensi yang mereka cari pada bagian “Tentang Kami” atau “Karir”. Pahami apa yang dianggap penting bagi mereka, misalnya customer focus, inovasi, kerja tim, atau integritas.
Saat menjawab soal SJT, coba posisikan dirimu seolah-olah kamu sudah jadi bagian dari perusahaan itu. Pikirkan, “Jika aku adalah karyawan di sini, bagaimana bos atau rekan kerjaku berharap aku bertindak?” Jawabanmu harus selaras dengan nilai-nilai yang perusahaan promosikan.
Latih Kepekaanmu Terhadap Situasi¶
Ini bukan berarti kamu harus menghafal semua kemungkinan skenario, tapi lebih ke melatih kemampuanmu dalam menganalisis situasi. Coba bayangkan dirimu dalam berbagai konflik atau dilema yang mungkin muncul di lingkungan kerja. Pikirkan berbagai solusi dan dampak dari setiap solusi tersebut, baik dampak positif maupun negatif. Kamu bisa mencari contoh-contoh soal SJT online atau membaca buku-buku tentang etika profesional.
Latihan ini akan membantu kamu berpikir lebih cepat dan terstruktur saat menghadapi soal SJT yang sebenarnya. Ini juga melatih common sense dan emotional intelligence kamu dalam konteks profesional. Semakin sering kamu berlatih, semakin peka kamu terhadap nuansa dalam setiap skenario.
Jangan Terjebak dalam Pilihan “Ideal” yang Tidak Realistis¶
Kadang, ada pilihan jawaban yang terlihat sangat “ideal” atau “terlalu baik untuk menjadi kenyataan”. Pilihan semacam itu seringkali nggak realistis dalam konteks kerja sehari-hari. Misalnya, pilihan yang menyarankan untuk “memanggil CEO langsung untuk masalah kecil.” Pikirkan juga tentang hierarki dan prosedur yang wajar di lingkungan kerja.
Pilihlah jawaban yang praktis, etis, dan feasible atau bisa dilakukan. Jawaban yang baik biasanya melibatkan komunikasi yang jelas, kolaborasi, inisiatif yang terukur, dan kepatuhan pada prosedur. Hindari pilihan yang terlalu agresif, pasif, atau yang melemparkan tanggung jawab sepenuhnya kepada orang lain.
Manajemen Waktu Itu Kunci¶
SJT seringkali berbatas waktu, jadi penting banget untuk bisa mengelola waktu dengan baik. Jangan terlalu lama terpaku pada satu soal. Jika kamu merasa buntu, coba baca lagi soalnya dan pilihan jawabannya dengan tenang. Kalau masih kesulitan, buatlah keputusan terbaikmu dan lanjutkan ke soal berikutnya. Ingat, lebih baik menjawab semua soal dengan cukup baik daripada terlalu fokus pada satu soal dan nggak selesai.
Sebelum mulai, pastikan kamu berada di tempat yang tenang, koneksi internet stabil, dan semua distraksi sudah dihilangkan. Konsentrasi penuh akan sangat membantu.
SJT di Berbagai Bidang Profesi¶
SJT ini serbaguna banget, lho. Nggak cuma dipakai di satu jenis industri, tapi di berbagai bidang profesi, mulai dari perbankan, kesehatan, hingga pemerintahan. Setiap bidang tentu punya skenario yang disesuaikan dengan tantangan dan skill yang dibutuhkan di sana. Ini menunjukkan betapa efektifnya SJT sebagai alat evaluasi soft skills.
Studi Kasus: SJT untuk Calon Manajer¶
Untuk posisi manajerial, SJT biasanya akan fokus pada skenario yang menguji kepemimpinan, pengambilan keputusan strategis, manajemen tim, dan penyelesaian konflik. Misalnya, kamu mungkin dihadapkan pada situasi di mana ada perselisihan antar anggota tim, atau proyek yang terancam gagal karena masalah sumber daya. Pilihan jawaban akan menguji bagaimana kamu memberikan delegasi, memotivasi tim, atau mencari solusi inovatif.
Seorang manajer yang baik harus bisa memimpin dengan contoh, mendukung timnya, sekaligus mencapai target perusahaan. SJT akan melihat apakah kamu punya potensi untuk menyeimbangkan semua aspek ini.
Studi Kasus: SJT dalam Profesi Kesehatan¶
Di bidang kesehatan, SJT sangat krusial karena berkaitan langsung dengan nyawa pasien dan etika profesi yang tinggi. Skenario SJT untuk profesi ini bisa meliputi komunikasi dengan pasien atau keluarga yang sulit, penanganan situasi darurat medis, kolaborasi antar-profesi kesehatan, atau dilema etika dalam perawatan pasien. Integritas, empati, dan kemampuan bekerja di bawah tekanan adalah skill yang sangat ditekankan di sini.
Misalnya, kamu mungkin diminta untuk memilih tindakan terbaik saat menghadapi pasien yang menolak pengobatan, atau bagaimana berkomunikasi dengan keluarga pasien yang sedang berduka. SJT membantu memastikan bahwa calon profesional kesehatan punya penilaian yang tepat dalam situasi kritis.
Studi Kasus: SJT di Lingkungan Pemerintahan¶
Sektor pemerintahan membutuhkan individu yang punya integritas tinggi, kemampuan melayani publik, kepatuhan terhadap aturan, dan kemampuan bekerja dalam birokrasi. SJT untuk sektor ini mungkin melibatkan skenario tentang penanganan keluhan masyarakat, dilema etika terkait kebijakan publik, atau bagaimana menjaga kerahasiaan informasi. Transparansi dan akuntabilitas menjadi nilai-nilai penting yang diuji.
Ini membantu pemerintah merekrut pegawai yang nggak cuma kompeten secara teknis, tapi juga punya komitmen kuat terhadap pelayanan publik dan etika pemerintahan yang bersih.
Mitos dan Fakta Seputar SJT¶
Banyak mitos beredar seputar SJT, padahal pemahaman yang benar bisa bantu kita lebih siap. Mari kita luruskan beberapa di antaranya!
Mitos: SJT Bisa Dipelajari Sampai Jago¶
Ini mitos! SJT bukan tes pengetahuan yang bisa dihafalkan. Kamu nggak bisa “belajar” semua skenario dan jawaban pastinya, karena setiap SJT dirancang spesifik untuk kebutuhan perusahaan tertentu. Yang bisa kamu lakukan adalah melatih skill menganalisis situasi dan membuat keputusan, bukan menghafal jawaban.
Fokuslah pada pengembangan soft skills kamu secara umum. Semakin kamu terlatih dalam memecahkan masalah, berkomunikasi, dan bekerja sama, semakin baik pula performamu di SJT.
Fakta: SJT Mengukur Potensi Adaptasi¶
Ini fakta! SJT dirancang untuk melihat seberapa baik kamu bisa beradaptasi dengan berbagai situasi dan tantangan di lingkungan kerja. Ini bukan hanya tentang apa yang kamu tahu, tapi tentang apa yang akan kamu lakukan. Potensi adaptasi ini krusial di dunia kerja yang dinamis, di mana perubahan adalah hal yang konstan.
Perusahaan ingin tahu apakah kamu bisa belajar dari kesalahan, menghadapi hal yang nggak terduga, dan tetap efektif di bawah tekanan. SJT adalah salah satu cara terbaik untuk menilai potensi adaptasi ini.
Perbedaan SJT dengan Tes Psikometri Lainnya¶
Agar lebih jelas, yuk kita bandingkan SJT dengan beberapa tes psikometri lain yang mungkin kamu kenal.
Fitur/Jenis Tes | SJT (Situational Judgement Test) | Tes Kepribadian | Tes Kemampuan Kognitif |
---|---|---|---|
Fokus Utama | Reaksi perilaku dalam skenario kerja | Ciri-ciri kepribadian (ekstrovert, conscientiousness) | Kemampuan penalaran (verbal, numerik, abstrak) |
Yang Diukur | Soft skills (pemecahan masalah, komunikasi, etika) | Karakteristik psikologis individu | Kemampuan belajar, memproses informasi, berpikir logis |
Format Soal | Skenario dengan pilihan tindakan/respons | Pernyataan yang dinilai (setuju/tidak setuju) | Soal berbasis masalah (matematika, logika, bahasa) |
Tujuan Rekrutmen | Memprediksi perilaku kerja & cultural fit | Memahami preferensi & gaya kerja | Mengukur potensi untuk belajar & performa tugas kompleks |
Kemungkinan Latihan | Melatih analisis situasi, bukan menghafal jawaban | Sulit dilatih, cenderung konsisten | Bisa dilatih dengan soal-soal latihan |
Diagram ini bisa membantu kamu melihat gambaran yang lebih jelas tentang posisi SJT di antara jenis tes rekrutmen lainnya.
SJT vs. Tes Kepribadian¶
Tes kepribadian, seperti Big Five atau MBTI, bertujuan untuk memahami preferensi dan kecenderungan alami seseorang. Misalnya, apakah kamu orang yang terorganisir, terbuka, atau introvert. Tes ini memberikan gambaran tentang siapa dirimu sebagai individu. Sedangkan SJT, meski juga berkaitan dengan kepribadian, lebih fokus pada bagaimana kepribadian itu termanifestasi dalam tindakan nyata di lingkungan kerja.
SJT melihat apa yang akan kamu lakukan, sementara tes kepribadian melihat siapa kamu sebagai individu. Keduanya saling melengkapi dalam memberikan potret lengkap seorang kandidat.
SJT vs. Tes Kemampuan Kognitif¶
Tes kemampuan kognitif, seperti tes IQ atau tes verbal/numerik, mengukur kapasitas mentalmu untuk berpikir, belajar, dan memecahkan masalah abstrak. Ini adalah tentang seberapa cepat dan akurat otakmu bisa memproses informasi. SJT, di sisi lain, lebih menguji aplikasi dari kecerdasanmu dalam situasi sosial dan interpersonal. Kamu mungkin punya kemampuan kognitif yang tinggi, tapi kalau nggak bisa berinteraksi dengan baik di tim, kinerja juga bisa terhambat.
Tes kemampuan kognitif adalah tentang “bisa berpikir”, sedangkan SJT adalah tentang “bisa bertindak dengan bijak”.
Membangun Keterampilan yang Dibutuhkan untuk SJT¶
Karena SJT menguji soft skills, cara terbaik untuk mempersiapkannya adalah dengan mengembangkan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukan hanya bermanfaat untuk tes, tapi juga untuk karier dan kehidupanmu secara keseluruhan.
Pengembangan Kecerdasan Emosional¶
Kecerdasan emosional (EQ) adalah kunci sukses dalam SJT. Ini melibatkan kemampuanmu untuk memahami dan mengelola emosimu sendiri, serta memahami dan merespons emosi orang lain. Latihlah empati, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain. Cobalah untuk memahami motivasi di balik tindakan orang lain, bahkan jika kamu nggak setuju.
Meningkatkan kesadaran diri tentang kekuatan dan kelemahanmu juga akan sangat membantu. Semakin tinggi EQ-mu, semakin baik kamu akan membaca dan menanggapi skenario SJT.
Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan¶
Ini adalah inti dari SJT. Latih dirimu untuk selalu berpikir kritis ketika menghadapi masalah. Jangan langsung panik, tapi coba identifikasi akar masalahnya, cari berbagai alternatif solusi, pertimbangkan pro dan kontra masing-masing solusi, lalu pilih yang terbaik. Latih kemampuan ini dalam kehidupan sehari-hari, bahkan untuk masalah-masalah kecil.
Membaca buku-buku tentang problem-solving dan decision-making atau ikut pelatihan juga bisa sangat membantu. Ingat, setiap keputusan punya konsekuensi, dan SJT ingin melihat apakah kamu bisa mempertimbangkan konsekuensi tersebut.
Contoh Soal dan Pembahasan Singkat (untuk ilustrasi)¶
Misalkan kamu adalah seorang manajer proyek. Salah satu anggota timmu, Budi, terlihat kurang bersemangat dan sering terlambat menyerahkan tugas. Ini mulai mempengaruhi kinerja tim secara keseluruhan.
Skenario: Budi, anggota timmu, menunjukkan penurunan motivasi dan kinerja yang berdampak pada proyek. Kamu perlu menanganinya.
Pilihan Tindakan:
a. Langsung menegur Budi di depan tim agar ia malu dan memperbaiki diri.
b. Mengabaikan masalah ini, berharap Budi akan memperbaiki diri sendiri seiring waktu.
c. Memanggil Budi secara pribadi untuk berdiskusi, mendengarkan alasannya, dan menawarkan dukungan.
d. Memberikan semua tugas Budi kepada anggota tim lain agar proyek tidak terhambat.
Analisis:
* Pilihan a (Menegur di depan tim) – Tidak Efektif. Ini bisa memperburuk situasi, merusak moral Budi dan tim, serta tidak menyelesaikan akar masalah.
* Pilihan b (Mengabaikan) – Tidak Efektif. Masalah tidak akan selesai sendiri dan bisa merambat ke anggota tim lain.
* Pilihan c (Diskusi pribadi) – Paling Efektif. Ini menunjukkan pendekatan proaktif, empati, dan profesional. Kamu mencari tahu akar masalahnya sambil tetap memberikan dukungan.
* Pilihan d (Memberikan tugas ke orang lain) – Kurang Efektif. Ini membebani anggota tim lain dan tidak membantu Budi mengatasi masalahnya.
Dari analisis ini, pilihan c adalah yang paling tepat karena menunjukkan kepemimpinan, komunikasi yang efektif, empati, dan pemecahan masalah.
Kesimpulan: SJT sebagai Cerminan Diri Profesional¶
SJT adalah alat evaluasi yang komprehensif, dirancang untuk melihat potensi dirimu sebagai seorang profesional dalam menghadapi berbagai tantangan kerja. Ini bukan hanya tentang seberapa pintar kamu, tapi seberapa bijak kamu dalam bertindak. Dengan memahami apa itu SJT, bagaimana cara kerjanya, dan mempersiapkan diri dengan mengembangkan soft skills yang relevan, kamu bisa meningkatkan peluangmu untuk sukses.
Tes ini membantu perusahaan menemukan kandidat yang nggak cuma punya skill teknis, tapi juga punya integritas, etika kerja, dan kemampuan beradaptasi yang kuat. Jadi, jangan anggap remeh SJT ya, persiapkan dirimu sebaik mungkin!
Nah, setelah membaca penjelasan ini, gimana pendapatmu tentang SJT? Pernah punya pengalaman menarik saat mengerjakan SJT? Yuk, bagikan di kolom komentar di bawah!
Posting Komentar