Ondel-Ondel: Apa Sih Itu? Kenali Sejarah & Maknanya Lebih Dalam!

Table of Contents

Ondel-ondel itu, buat kamu yang belum tahu, adalah boneka besar khas Betawi yang populer banget di Jakarta. Ukurannya enggak main-main, bisa mencapai dua setengah meter! Biasanya terbuat dari rangka bambu yang ditutup kain, dibikin sepasang, ada yang laki-laki dan ada yang perempuan. Kepala ondel-ondel ini berupa topeng atau wajah kayu yang dihias, warnanya juga beda antara yang laki-laki dan perempuan.

Sosok ondel-ondel ini bukan sekadar boneka biasa lho, dia punya sejarah panjang dan makna budaya yang dalam buat masyarakat Betawi. Dulu, ondel-ondel ini sering banget muncul di acara-acara penting seperti upacara adat, pesta rakyat, atau menyambut tamu agung. Kehadirannya dipercaya bisa mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan. Jadi, lebih dari sekadar hiburan, dia adalah simbol pelindung.

Apa yang Dimaksud Ondel-Ondel
Image just for illustration

Sejarah dan Asal-Usul Ondel-Ondel

Nah, ngomongin sejarah, asal-usul ondel-ondel ini ternyata udah tua banget. Beberapa sumber bilang, ondel-ondel udah ada bahkan sebelum masuknya pengaruh Islam ke Batavia (sekarang Jakarta). Waktu itu, dia dikenal dengan nama yang beda, yaitu “barongan”. Fungsinya mirip-mirip sih, yaitu sebagai ritual penolak bala atau pengusir roh-roh halus yang dianggap mengganggu. Jadi, intinya buat jaga-jaga dari hal-hal buruk.

Pada masa penjajahan Belanda, ondel-ondel ini sempat dilarang, tapi masyarakat Betawi tetap mempertahankannya secara diam-diam. Setelah kemerdekaan, ondel-ondel kembali eksis dan malah jadi identitas budaya Betawi yang makin kuat. Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, punya peran besar dalam mengangkat kembali kesenian Betawi, termasuk ondel-ondel, biar makin dikenal luas.

Dalam perkembangannya, fungsi ondel-ondel pun bergeser. Kalau dulunya lebih sakral dan buat ritual, sekarang lebih sering tampil di acara-acara seremonial, festival budaya, penyambutan tamu, atau bahkan buat ngamen di jalanan. Perubahan fungsi ini kadang menimbulkan perdebatan, antara mempertahankan kesakralannya atau mengikuti perkembangan zaman sebagai hiburan rakyat.

Ciri Khas Fisik Ondel-Ondel

Mari kita bedah penampilan ondel-ondel ini. Seperti yang dibilang tadi, ukurannya besar banget. Kerangkanya biasanya dari bambu yang ringan tapi kuat, biar gampang dibawa sama orang yang ada di dalamnya. Kerangka ini dibentuk menyerupai tubuh manusia, lalu ditutup kain yang warnanya cerah dan menarik perhatian.

Bagian paling ikonik tentu saja adalah kepalanya. Kepalanya terbuat dari kayu, diukir menyerupai wajah manusia. Ada dua jenis wajah, untuk ondel-ondel laki-laki dan perempuan. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat merah. Warna merah ini melambangkan keberanian dan semangat. Alisnya tebal, kumisnya melintang, dan terkadang ada jenggot tipis, pokoknya kelihatan gagah.

Sementara itu, wajah ondel-ondel perempuan dicat putih atau krem. Warna putih ini melambangkan kesucian dan kebaikan. Alisnya melengkung, matanya sayu, dan bibirnya dihias cantik, pokoknya kelihatan anggun. Kedua kepala ondel-ondel ini biasanya diberi rambut atau hiasan kepala dari ijuk atau sabut kelapa yang dicat dan ditata rapi.

Selain itu, di bagian kepala ondel-ondel sering dipasangi kembang kelapa. Ini adalah hiasan yang terbuat dari lidi kelapa yang diberi kertas warna-warni, bentuknya seperti rumbai-rumbai kembang api. Kembang kelapa ini bukan cuma hiasan lho, dia melambangkan kesuburan dan pertumbuhan. Jumlah kembang kelapa ini juga lumayan banyak, bikin penampilan ondel-ondel makin ramai dan semarak.

Pakaian ondel-ondel juga khas Betawi. Ondel-ondel laki-laki biasanya pakai baju pangsi warna gelap dan sarung yang dililitkan di pinggang. Sementara ondel-ondel perempuan pakai kebaya encim atau baju kurung Betawi yang warnanya ngejreng. Aksesoris seperti selendang atau pending (ikat pinggang) juga sering ditambahkan biar penampilannya makin otentik.

Peran dan Fungsi Ondel-Ondel Saat Ini

Di era modern ini, ondel-ondel masih punya tempat di hati masyarakat Jakarta, meskipun perannya udah banyak berubah. Dia enggak cuma muncul di acara-acara sakral atau ritual adat lagi. Sekarang, kamu bisa nemuin ondel-ondel di berbagai kesempatan. Yang paling umum ya di acara festival budaya Betawi atau festival ulang tahun kota Jakarta.

Di acara-acara semacam itu, ondel-ondel biasanya tampil dalam arak-arakan atau pawai budaya. Mereka jalan beriringan diiringi musik Betawi yang riang gembira. Kehadiran mereka selalu jadi magnet bagi penonton, terutama anak-anak, karena ukurannya yang besar dan gerakannya yang lucu. Ondel-ondel di sini berfungsi sebagai penghibur dan simbol kekayaan budaya lokal.

Namun, ada juga sisi lain dari peran ondel-ondel saat ini yang cukup jadi sorotan, yaitu penggunaannya untuk mengamen atau meminta sumbangan di jalanan. Ini yang sering bikin pro-kontra. Buat sebagian orang, ngamen pakai ondel-ondel dianggap merendahkan nilai budaya ondel-ondel yang seharusnya sakral. Mereka khawatir ondel-ondel jadi identik dengan pengemis dan kehilangan makna aslinya.

Di sisi lain, buat para pelaku yang ngamen pakai ondel-ondel, ini adalah salah satu cara mereka bertahan hidup. Mereka bilang, sulit mencari pekerjaan lain, dan menggunakan ondel-ondel adalah cara mereka memanfaatkan keterampilan dan melestarikan (dalam cara mereka) kesenian Betawi sambil mencari nafkah. Isu ini memang kompleks dan jadi tantangan buat pemerintah dan komunitas budaya Betawi buat mencari solusi terbaik.

Musik Pengiring Ondel-Ondel

Ondel-ondel itu enggak lengkap tanpa musik pengiringnya. Musik yang mengiringi ondel-ondel biasanya adalah musik khas Betawi, yang paling terkenal adalah Gambang Kromong atau kadang Tanjidor. Alunan musik ini bikin suasana jadi makin hidup dan meriah, sesuai sama karakter ondel-ondel yang ceriwis dan jenaka.

Instrumen yang dipakai dalam Gambang Kromong biasanya terdiri dari gambang (semacam xylophone dari kayu), kromong (gong kecil berjajar), tehyan, kongahyan, dan sukong (alat musik gesek Tiongkok), rebana (gendang), gong, dan suling. Gabungan suara dari alat-alat musik ini menghasilkan melodi yang unik, perpaduan antara unsur Tionghoa dan lokal. Ritmenya biasanya cepat dan menghentak, bikin penonton pengen ikut bergoyang.

Kadang, ondel-ondel juga diiringi musik Tanjidor. Tanjidor ini adalah orkes tiup yang instrumennya mirip musik militer Eropa, tapi lagu-lagunya bernuansa Betawi. Alat musiknya antara lain klarinet, piston, tenor trombon, bas trombon, saksofon alto, saksofon tenor, dan terompet. Musik Tanjidor biasanya lebih keras dan bersemangat, cocok buat pawai atau arak-arakan yang butuh suara lantang.

Lagu-lagu yang dimainkan untuk mengiringi ondel-ondel biasanya lagu-lagu tradisional Betawi yang nadanya ceria dan mudah diingat. Contohnya ada lagu “Sirih Kuning”, “Jali-jali”, “Kicir-kicir”, atau lagu-lagu instrumental khas Gambang Kromong. Musik ini bukan cuma pengiring, tapi juga bagian integral dari pertunjukan ondel-ondel itu sendiri, menciptakan atmosfer khas Betawi yang kental.

Para Pelaku Ondel-Ondel

Siapa sih yang ada di balik ondel-ondel sebesar itu? Tentu saja manusia! Ada satu orang di dalam kerangka ondel-ondel yang bertugas menggerakkan dan membawa boneka raksasa itu. Jadi, membawakan ondel-ondel itu bukan perkara gampang, butuh fisik yang kuat dan stamina yang lumayan.

Orang yang di dalam harus bisa menopang beban kerangka dan kain yang lumayan berat, apalagi kalau digerakkan sambil berjalan jauh atau bergoyang mengikuti irama musik. Selain itu, ruang di dalam ondel-ondel itu juga panas dan minim udara. Bayangkan saja berjam-jam berdiri dan bergerak di dalam sana, pasti butuh ketahanan fisik yang prima.

Selain kekuatan fisik, orang yang membawakan ondel-ondel juga perlu punya keterampilan menari atau bergerak sesuai musik. Meskipun gerakannya terlihat sederhana, sinkronisasi dengan musik dan kemampuan menghidupkan karakter ondel-ondel itu butuh latihan dan insting. Mereka harus bisa membuat ondel-ondel terlihat hidup dan ekspresif, seolah-olah boneka itu benar-benar menari.

Para pelaku ondel-ondel ini biasanya adalah seniman atau anggota sanggar seni Betawi. Namun, seperti yang sudah dibahas, banyak juga yang menggunakan ondel-ondel untuk mencari nafkah di jalanan. Apapun alasannya, mereka adalah orang-orang yang menjaga agar tradisi ondel-ondel ini tetap ada, meskipun dengan cara yang berbeda-beda. Dedikasi mereka dalam melestarikan bentuk kesenian ini patut diapresiasi.

Evolusi dan Tantangan Ondel-Ondel

Seperti kesenian tradisional lainnya, ondel-ondel juga mengalami evolusi seiring perkembangan zaman. Fungsi yang bergeser dari ritual sakral ke pertunjukan hiburan atau bahkan alat mencari nafkah adalah bukti nyata dari adaptasi ini. Evolusi ini punya sisi positif dan negatif. Positifnya, ondel-ondel jadi lebih dikenal luas dan bisa bertahan di tengah gempuran budaya modern. Negatifnya, ada kekhawatiran akan hilangnya makna asli dan kesakralannya.

Tantangan terbesar ondel-ondel saat ini mungkin adalah isu penggunaan untuk mengamen di jalanan. Hal ini sempat memicu lahirnya peraturan daerah (Perda) yang melarang ondel-ondel tampil di jalanan tanpa izin. Pemerintah beralasan, hal ini untuk menjaga ketertiban umum dan menjaga marwah ondel-ondel sebagai aset budaya. Namun, peraturan ini juga menimbulkan permasalahan baru bagi mereka yang memang hidup dari ngamen ondel-ondel.

Mencari solusi untuk tantangan ini butuh kerja sama dari berbagai pihak. Pemerintah, komunitas seniman, akademisi, dan masyarakat umum perlu duduk bareng. Bagaimana caranya agar ondel-ondel tetap lestari, pelaku seninya bisa sejahtera, tapi maknanya sebagai simbol budaya tetap terjaga? Mungkin bisa dengan membuka lebih banyak ruang pertunjukan resmi, memberikan pelatihan dan bantuan modal usaha bagi seniman ondel-ondel, atau membuat program edukasi tentang makna ondel-ondel.

Di sisi lain, ada juga upaya inovasi dalam menampilkan ondel-ondel. Misalnya, ondel-ondel mini yang jadi souvenir, pertunjukan ondel-ondel yang dipadukan dengan koreografi modern, atau penampilan ondel-ondel di acara-acara korporat atau komunitas. Inovasi ini bisa jadi cara untuk memperkenalkan ondel-ondel ke generasi baru dan pasar yang lebih luas, asalkan tetap menjaga nilai-nilai dasarnya.

Ondel-Ondel Sebagai Simbol Jakarta

Enggak bisa dipungkiri, ondel-ondel sudah jadi salah satu simbol paling kuat dari kota Jakarta. Dia bukan cuma milik suku Betawi, tapi sudah jadi ikon yang merepresentasikan ibu kota Indonesia. Kalau ada acara yang berhubungan dengan Jakarta, pasti ondel-ondel ikut tampil. Dia ada di logo acara, di merchandise, bahkan di film atau sinetron yang berlatar Jakarta.

Status ondel-ondel sebagai ikon ini punya dampak positif. Dia jadi daya tarik pariwisata. Banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, yang penasaran dan ingin melihat ondel-ondel secara langsung. Ini bisa jadi peluang untuk mengembangkan ekonomi kreatif yang berbasis budaya. Pemerintah daerah juga punya kebijakan untuk menjadikan ondel-ondel sebagai bagian tak terpisahkan dari promosi budaya Jakarta.

Namun, status sebagai simbol ini juga punya tanggung jawab besar. Harus ada upaya berkelanjutan untuk memastikan bahwa ondel-ondel tidak hanya sekadar “pajangan”, tapi tetap hidup sebagai kesenian dengan makna yang kaya. Edukasi kepada masyarakat, terutama generasi muda, tentang sejarah dan pentingnya ondel-ondel itu kr
usial
. Jangan sampai mereka cuma tahu ondel-ondel dari yang ngamen di jalan, tapi enggak tahu asal-usul dan filosofinya.

Menjaga ondel-ondel berarti menjaga salah satu identitas budaya Jakarta. Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, simbol-simbol lokal seperti ondel-ondel ini punya peran penting sebagai jangkar yang mengingatkan kita pada akar dan warisan budaya yang kaya.

Fakta Menarik Seputar Ondel-Ondel

Ada beberapa fakta menarik tentang ondel-ondel yang mungkin belum banyak kamu tahu:

  1. Nama Asli: Dulu, sebelum dikenal luas sebagai ondel-ondel, masyarakat Betawi menyebutnya “barongan”. Nama ondel-ondel konon mulai populer karena irama musik pengiringnya yang terdengar seperti “ondel… ondel…”.
  2. Bukan Cuma Jakarta: Meskipun sangat identik dengan Jakarta, ternyata ada juga daerah di luar Jakarta yang punya tradisi boneka besar serupa, lho! Tapi tentu ondel-ondel Betawi punya ciri khas yang paling kental.
  3. Dipercaya Menolak Bala: Kepercayaan bahwa ondel-ondel bisa mengusir roh jahat masih dipegang oleh sebagian masyarakat Betawi tradisional. Makanya, dulu dia sering tampil di acara yang dianggap rentan dimasuki energi negatif, seperti mendirikan rumah baru atau upacara sedekah bumi.
  4. Jenis Kelamin dan Warna: Seperti yang sudah dibahas, warna merah untuk laki-laki melambangkan keberanian, sementara putih/krem untuk perempuan melambangkan kesucian. Ini bukan sekadar asal pilih warna, tapi punya makna filosofis.
  5. Kembang Kelapa: Hiasan kembang kelapa yang berwarna-warni itu bukan cuma cantik, tapi juga simbol kesuburan, kemakmuran, dan kehidupan yang berkembang.

Fakta-fakta ini menunjukkan betapa ondel-ondel itu bukan sekadar boneka raksasa, tapi punya lapisan makna dan sejarah yang kaya.

Upaya Pelestarian Ondel-Ondel

Melihat tantangan dan pergeseran peran ondel-ondel, berbagai pihak terus berupaya untuk melestarikannya. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta punya program-program untuk mendukung kesenian Betawi. Salah satunya adalah dengan mengadakan festival-festival budaya, memberikan hibah kepada sanggar seni, dan memasukkan materi tentang budaya Betawi dalam kurikulum pendidikan lokal.

Sanggar-sanggar seni Betawi juga punya peran vital. Mereka menjadi tempat para seniman ondel-ondel berlatih, berkarya, dan mewariskan ilmunya ke generasi muda. Di sanggar, anak-anak dan remaja belajar cara membuat ondel-ondel, membawakannya, dan memahami makna di baliknya. Ini adalah cara paling efektif untuk memastikan regenerasi seniman ondel-ondel.

Selain itu, muncul juga berbagai komunitas atau organisasi masyarakat yang peduli dengan pelestarian ondel-ondel. Mereka aktif mengadakan acara, workshop, diskusi, atau kampanye di media sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya ondel-ondel. Beberapa seniman juga berinovasi dengan membuat ondel-ondel dalam bentuk lain, seperti lukisan, patung, atau grafis, agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat luas.

Semua upaya ini saling bersinergi untuk satu tujuan: memastikan ondel-ondel tetap hidup, relevan, dan dihargai sebagai warisan budaya yang berharga milik bangsa, khususnya masyarakat Jakarta. Pelestarian ini bukan hanya tanggung jawab seniman atau pemerintah, tapi juga kita semua sebagai masyarakat yang menghargai kekayaan budaya Indonesia.

Masa Depan Ondel-Ondel

Bagaimana dengan masa depan ondel-ondel? Apakah dia akan tetap menjadi simbol yang kuat, atau perlahan tergerus oleh zaman? Jawabannya sangat bergantung pada bagaimana kita semua menyikapi dan memperlakukan ondel-ondel saat ini dan nanti.

Jika ondel-ondel hanya dilihat sebagai alat untuk mencari nafkah di jalanan atau sekadar “pajangan” saat festival, maka maknanya akan semakin memudar. Generasi mendatang mungkin hanya melihatnya sebagai badut jalanan tanpa tahu kedalaman sejarah dan budayanya. Ini tentu akan jadi kerugian besar.

Namun, jika ondel-ondel terus diberi ruang untuk tampil di acara-acara yang bermartabat, seniman-senimannya sejahtera, dan makna budayanya terus diedukasikan kepada masyarakat, maka ondel-ondel akan terus bertahan dan bahkan bisa berkembang dalam bentuk-bentuk baru. Ondel-ondel bisa jadi inspirasi bagi karya seni modern, fashion, atau bahkan teknologi.

Penting untuk menemukan keseimbangan antara menjaga tradisi dan beradaptasi dengan perubahan. Ondel-ondel yang otentik dengan semua ritual dan maknanya tetap harus dilestarikan, misalnya melalui sanggar atau museum. Sementara itu, bentuk-bentuk inovatif atau penggunaan ondel-ondel dalam konteks hiburan yang positif juga perlu didukung, agar ondel-ondel tetap relevan bagi anak muda.

Masa depan ondel-ondel ada di tangan kita. Dengan apresiasi yang tepat, pemahaman yang benar, dan upaya bersama untuk melestarikan dan mengembangkan, ondel-ondel akan terus menjadi kebanggaan Betawi dan simbol Jakarta yang tak lekang dimakan waktu.

Nah, itu dia penjelasan panjang lebar tentang ondel-ondel, si boneka raksasa yang penuh makna. Semoga sekarang kamu jadi lebih paham ya, kalau ketemu ondel-ondel di jalan atau di acara, dia bukan cuma sekadar boneka lucu, tapi ada sejarah dan cerita panjang di baliknya.

Gimana nih menurut kamu? Ada pengalaman menarik soal ondel-ondel? Atau kamu punya ide gimana cara melestarikan ondel-ondel biar makin keren dan tetap relevan? Yuk, ceritain pendapat kamu di kolom komentar!

Posting Komentar