Mengenal Lebih Dekat: Apa Sih Kata Baku Itu? Panduan Lengkap!
Kata baku itu gampangnya adalah kata yang penggunaannya sudah sesuai dengan kaidah atau aturan bahasa Indonesia yang berlaku. Aturan ini mencakup banyak hal, mulai dari ejaan, tata bahasa, sampai pemilihan kata itu sendiri. Nah, sumber utama yang jadi acuan kita dalam menentukan apakah sebuah kata itu baku atau tidak adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), yang sekarang sudah diperbarui menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD). Kata baku ini penting banget lho, terutama dalam situasi-situasi yang sifatnya resmi atau formal.
Image just for illustration
Ciri-ciri Kata Baku¶
Bagaimana sih cara kita tahu kalau sebuah kata itu termasuk kata baku? Ada beberapa ciri khas yang membedakannya dari kata tidak baku atau bahasa sehari-hari. Memahami ciri-ciri ini bisa bantu kita mengenali dan menggunakan kata baku dengan tepat.
Tidak Dipengaruhi Bahasa Daerah¶
Salah satu ciri utama kata baku adalah tidak dipengaruhi oleh logat atau dialek bahasa daerah tertentu. Bahasa Indonesia baku dirancang untuk bisa dipahami oleh semua penutur bahasa Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, tanpa terhalang perbedaan dialek lokal. Makanya, kata-kata yang sangat spesifik hanya ada di satu daerah biasanya bukan termasuk kata baku, kecuali kalau memang sudah diserap secara resmi dan masuk ke dalam KBBI.
Tidak Dipengaruhi Bahasa Asing (Secara Tidak Wajar)¶
Kata baku memang bisa menyerap kata-kata dari bahasa asing, tapi penyerapannya harus sesuai dengan kaidah penyerapan yang sudah ditetapkan. Bentuk dan cara penulisannya harus disesuaikan dengan sistem ejaan bahasa Indonesia. Jadi, kalau ada kata serapan yang masih ditulis atau diucapkan persis seperti bahasa aslinya tanpa penyesuaian, kemungkinan itu belum dianggap baku, kecuali ada ketentuan khusus.
Bukan Bahasa Percakapan Sehari-hari¶
Kata baku berbeda dengan bahasa yang kita pakai buat ngobrol santai sama teman atau keluarga. Bahasa percakapan itu biasanya lebih luwes, banyak singkatan, atau menggunakan idiom yang khas dan mungkin tidak standar. Kata baku justru menghindari bentuk-bentuk seperti itu demi kejelasan dan ketepatan makna, terutama dalam komunikasi resmi.
Digunakan dalam Ragam Resmi¶
Ini ciri paling kentara. Kata baku itu identik dengan situasi-situasi resmi. Misalnya saat berpidato di acara formal, menulis surat dinas, membuat laporan penelitian, menulis karya ilmiah, atau saat berkomunikasi di lingkungan profesional. Dalam konteks ini, penggunaan kata baku menunjukkan keseriusan dan kepatuhan terhadap kaidah bahasa yang baik dan benar.
Pembentukan Sesuai Kaidah Bahasa Indonesia¶
Kata baku dibentuk mengikuti aturan morfologi dan sintaksis bahasa Indonesia. Penggunaan imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, atau gabungan imbuhan) pada kata baku harus tepat. Misalnya, penggunaan prefiks ‘me-’ atau ‘ber-’ harus sesuai dengan pasangannya. Ini penting agar makna kata atau frasa yang terbentuk jelas dan tidak menimbulkan kerancuan.
Tidak Mengandung Makna Ganda atau Rancu¶
Kata baku cenderung memiliki makna yang spesifik dan jelas dalam konteks penggunaannya. Tujuannya agar pesan yang disampaikan tidak bias atau salah ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca. Keterikatan pada kaidah membantu meminimalkan potensi ambiguitas makna dalam komunikasi resmi.
Konsisten dalam Penggunaan¶
Jika sebuah kata memiliki bentuk baku dan tidak baku, maka dalam ragam resmi, hanya bentuk bakunya yang konsisten digunakan. Tidak boleh campur aduk. Misalnya, kalau sudah memutuskan menggunakan ‘apotek’ (baku), ya jangan tiba-tiba di kalimat berikutnya pakai ‘apotik’ (tidak baku) dalam teks yang sama. Konsistensi ini menunjukkan pemahaman dan kepatuhan terhadap standar bahasa.
Kenapa Sih Kita Perlu Pakai Kata Baku? (Tujuan dan Fungsi)¶
Mungkin ada yang berpikir, “Ah, ribet banget pakai kata baku, bahasa gaul kan lebih asyik.” Eits, tunggu dulu. Penggunaan kata baku itu punya fungsi dan tujuan yang penting lho, terutama dalam konteks tertentu.
Menjaga Keutuhan Bahasa dan Pemersatu Bangsa¶
Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional salah satunya untuk menyatukan berbagai suku dengan latar belakang bahasa daerah yang berbeda. Kata baku berperan sebagai “standar” yang disepakati bersama. Dengan adanya standar ini, komunikasi lintas daerah bisa berjalan lancar dan efektif dalam skala nasional. Ini esensial banget buat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Mempermudah Komunikasi Resmi¶
Bayangkan kalau dalam dokumen negara atau pidato resmi, setiap orang pakai kata-kata yang berbeda-beda atau bahasa gaul. Pasti kacau dan sulit dipahami secara universal, kan? Kata baku menyediakan medium komunikasi yang seragam dan jelas untuk keperluan-keperluan formal, memastikan bahwa pesan penting bisa diterima dan dipahami dengan benar oleh semua pihak terkait.
Menunjukkan Profesionalisme dan Kredibilitas¶
Dalam dunia kerja, akademis, atau pemerintahan, penggunaan kata baku seringkali dianggap mencerminkan profesionalisme, ketelitian, dan kredibilitas seseorang. Dokumen yang ditulis dengan bahasa baku yang tepat akan terlihat lebih meyakinkan dan serius dibandingkan yang menggunakan bahasa tidak baku atau penuh kesalahan ejaan. Ini penting untuk membangun citra positif.
Sebagai Acuan Belajar Bahasa yang Benar¶
Bagi para pelajar atau orang asing yang sedang belajar bahasa Indonesia, kata baku adalah panduan utama. KBBI dan PUEBI/PUEYD menjadi rujukan mereka untuk mempelajari bentuk kata, ejaan, dan penggunaan bahasa yang dianggap benar dan standar. Ini membantu menciptakan keseragaman dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Indonesia.
Menjaga Kelestarian Bahasa¶
Dengan adanya standar baku, bahasa Indonesia memiliki bentuk yang terstruktur dan terdokumentasi. Hal ini membantu bahasa Indonesia untuk terus berkembang dan beradaptasi tanpa kehilangan identitasnya. Standarisasi juga memudahkan proses dokumentasi bahasa, pembuatan kamus, dan pengembangan sumber belajar lainnya.
Image just for illustration
Dari Mana Asalnya Kata Baku? (Sumber Rujukan)¶
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, kata baku itu nggak muncul begitu saja. Ada sumber-sumber resmi yang jadi acuannya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)¶
Ini dia “kitab suci” bahasa Indonesia. KBBI adalah kamus ekabahasa resmi bahasa Indonesia yang disusun oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Setiap kata yang masuk dan tercatat di KBBI dengan ejaan dan bentuk tertentu dianggap sebagai bentuk baku. KBBI terus diperbarui secara berkala untuk mengakomodasi perkembangan bahasa.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)/Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD)¶
Selain kata itu sendiri, cara menuliskannya juga harus baku. Nah, PUEBI (dan yang terbaru PUEYD) mengatur ejaan, penggunaan huruf kapital, huruf miring, tanda baca, penulisan kata, gabungan kata, partikel, singkatan, akronim, angka, lambang, serta penyerapan kata dari bahasa asing. Aturan ejaan ini krusial dalam menentukan kebaku-an sebuah teks tertulis.
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBBI)¶
Buku ini menjelaskan struktur dan kaidah pembentukan kalimat, frasa, dan aspek tata bahasa lainnya dalam bahasa Indonesia yang baku. TBBBI melengkapi KBBI dan PUEBI/PUEYD dalam memberikan panduan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar secara gramatikal.
Keputusan Lembaga Kebahasaan¶
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, sebagai lembaga resmi pemerintah yang mengurusi bahasa, seringkali mengeluarkan keputusan atau fatwa bahasa terkait penggunaan kata, istilah baru, atau ejaan. Keputusan-keputusan ini juga menjadi bagian dari rujukan dalam penentuan kebaku-an.
Contoh Kata Baku dan Tidak Baku¶
Ini nih bagian yang paling sering jadi pertanyaan. Kadang kita nggak sadar kalau kata yang sering kita pakai sehari-hari itu ternyata tidak baku. Yuk, kita lihat beberapa contoh umum:
Baku | Tidak Baku | Keterangan (Contoh Penggunaan) |
---|---|---|
Apotek | Apotik | Beli obatnya di apotek terdekat. |
Risiko | Resiko | Setiap investasi pasti ada risiko-nya. |
Kuitansi | Kwitansi | Mohon sertakan kuitansi pembelian asli. |
Analisis | Analisa | Hasil analisis data menunjukkan peningkatan penjualan. |
Sistem | Sistim | Perusahaan itu menerapkan sistem baru. |
Cenderamata | Cinderamata/Cindera Mata | Dia membawa cenderamata dari Bali. |
Ijazah | Ijasah | Dia baru saja menerima ijazah kelulusan. |
Nasihat | Nasehat | Guru memberikan nasihat yang berharga. |
Pikir | Fikir | Tolong pikirkan matang-matang. |
Nafas | Napas | Tarik nafas dalam-dalam. (Yang baku: napas, bukan nafas) |
Atlet | Atlit | Dia adalah seorang atlet profesional. |
Aktif | Aktip | Siswa di kelas itu sangat aktif. |
Pasif | Pasip | Lawan katanya adalah pasif. |
Azan | Adzan | Suara azan berkumandang. |
Zaman | Jaman | Kita hidup di zaman digital. |
Masjid | Mesjid | Mereka salat di masjid. |
Fotokopi | Fotocopy | Tolong fotokopi dokumen ini. |
Sekadar | Sekedar | Hanya sekadar mengingatkan. |
Andal | Handal | Dia andal dalam pekerjaannya. |
Ubah | Robah | Jangan ubah rencananya mendadak. |
Daftar di atas hanyalah sebagian kecil contoh. Masih banyak lagi kata lain yang punya bentuk baku dan tidak baku. Kuncinya adalah rajin-rajin mengecek KBBI kalau ragu.
Kapan Kita Harus Menggunakan Kata Baku? (Konteks Penggunaan)¶
Memahami kata baku saja tidak cukup, kita juga perlu tahu kapan waktu yang tepat untuk menggunakannya. Penggunaan kata baku sangat disarankan dalam konteks-konteks formal berikut:
- Situasi Resmi: Pidato kenegaraan atau upacara, seminar, lokakarya, rapat resmi, presentasi profesional.
- Penulisan Formal: Surat dinas, surat lamaran kerja, memo resmi, laporan kerja, skripsi, tesis, disertasi, jurnal ilmiah, artikel akademis, makalah.
- Media Massa Cetak/Elektronik: Berita di koran, majalah, atau situs berita resmi (meskipun gaya bahasa bisa sedikit berbeda antar media, namun kaidah dasar baku biasanya tetap dipegang).
- Dokumen Hukum dan Pemerintahan: Undang-undang, peraturan, surat keputusan, akta notaris, dokumen perjanjian.
- Pengajaran dan Pendidikan: Buku pelajaran, materi ajar, komunikasi antara guru dan siswa di lingkungan formal.
- Komunikasi Profesional: Email kerja resmi, proposal bisnis, presentasi ke klien.
Intinya, setiap kali kamu berkomunikasi (lisan atau tulisan) dalam suasana yang butuh keseriusan, kejelasan, dan kepatuhan pada standar, itulah saatnya menggunakan kata baku.
Kata Baku vs. Tidak Baku dalam Keseharian¶
Ini poin penting: tidak menggunakan kata baku bukan berarti salah sepenuhnya, tergantung konteksnya. Bahasa itu punya ragam. Ada ragam formal/baku dan ada ragam informal/tidak baku (atau sering disebut bahasa non-baku, bahasa gaul, bahasa percakapan).
Dalam obrolan sehari-hari dengan teman, keluarga, atau di media sosial yang sifatnya santai, menggunakan kata tidak baku atau bahasa gaul itu wajar dan bahkan bisa bikin komunikasi terasa lebih akrab. Misalnya pakai kata “gue”, “elu”, “udah”, “lagi”, “bikin”, “kayak”, “gitu”, yang mana kata bakunya adalah “saya/aku”, “kamu”, “sudah”, “sedang”, “membuat”, “seperti”, “begitu”.
Masalah muncul kalau ragam tidak baku ini terbawa ke ranah formal. Menggunakan kata “udah” dalam surat lamaran kerja, atau “gitu” dalam laporan resmi, pasti akan terlihat aneh dan mengurangi kredibilitas.
Jadi, intinya bukan menghakimi mana yang lebih baik secara mutlak, tapi memahami perbedaannya dan tahu kapan harus menggunakan yang mana. Fleksibilitas dalam berbahasa, yaitu kemampuan beralih antara ragam baku dan tidak baku sesuai situasi, itu justru yang menunjukkan kemahiran berbahasa yang baik.
Image just for illustration
Tips Mengenali dan Menguasai Kata Baku¶
Mungkin awalnya terasa sulit, tapi menguasai kata baku itu bisa dilatih kok. Ini beberapa tips yang bisa kamu coba:
- Sering Membaca Materi Resmi: Banyak-banyaklah membaca buku-buku pelajaran, koran, majalah berita, jurnal ilmiah, atau dokumen-dokumen resmi. Materi-materi ini umumnya menggunakan bahasa baku. Dengan sering terpapar, telinga dan mata kamu akan terbiasa mengenali bentuk-bentuk kata dan kalimat yang baku.
- Rajin Buka KBBI: Manfaatkan KBBI, baik yang cetak maupun yang online (kbbi.kemdikbud.go.id). Kalau ragu dengan ejaan atau bentuk sebuah kata, langsung cek di KBBI. Jadikan KBBI sebagai “sahabat” dalam menulis atau berbicara formal.
- Perhatikan Penggunaan Bahasa oleh Penutur yang Baik: Dengarkan atau baca karya-karya dari para penutur bahasa yang dianggap mahir atau profesional, seperti pembawa berita di televisi/radio resmi, akademisi, atau penulis buku serius. Amati bagaimana mereka menggunakan kata dan menyusun kalimat.
- Latihan Menulis dalam Ragam Formal: Coba latih diri kamu menulis dalam konteks formal, meskipun hanya latihan. Misalnya, coba buat draf surat lamaran kerja, laporan singkat, atau esai tentang suatu topik dengan berusaha menggunakan kata baku dan struktur kalimat yang rapi.
- Ikut Kursus atau Pelatihan Bahasa: Jika memungkinkan, pertimbangkan mengikuti kursus atau pelatihan bahasa Indonesia yang fokus pada penggunaan bahasa formal atau penulisan ilmiah. Di sana kamu bisa belajar kaidah bahasa secara lebih mendalam.
Mitos dan Fakta Seputar Kata Baku¶
Ada beberapa anggapan keliru tentang kata baku yang beredar di masyarakat. Yuk, kita luruskan.
Mitos: Bahasa baku itu kaku, sulit, dan bikin komunikasi jadi nggak natural.
Fakta: Bahasa baku memang lebih terstruktur dan terikat aturan dibandingkan bahasa sehari-hari. Fungsinya bukan untuk percakapan santai, tapi untuk komunikasi yang butuh kejelasan, ketepatan, dan kesan resmi. Dalam konteks formal, justru penggunaan bahasa baku membuat komunikasi jadi efektif dan profesional, bukan kaku dalam artian negatif.
Mitos: Bahasa baku mematikan kreativitas berbahasa.
Fakta: Tidak sama sekali. Kreativitas dalam berbahasa bisa diwujudkan dalam pilihan kata (selain kata-kata teknis atau baku), gaya penyampaian, dan cara menyusun kalimat selama masih dalam koridor kaidah yang jelas. Bahasa baku memberikan pondasi yang kuat; kamu tetap bisa bermain dengan diksi dan gaya untuk membuat tulisan atau pidato yang menarik dan efektif, kok.
Mitos: Belajar kata baku itu cuma penting buat guru bahasa atau penulis.
Fakta: Bahasa baku penting dikuasai oleh siapa saja yang berinteraksi dalam lingkungan formal. Pelajar butuh untuk tugas dan ujian, mahasiswa untuk skripsi, profesional untuk laporan dan komunikasi kerja, bahkan masyarakat umum pun perlu mengerti bahasa baku untuk memahami dokumen negara atau berita resmi. Ini adalah keterampilan dasar dalam literasi.
Perkembangan Kata Baku¶
Bahasa itu sifatnya dinamis, terus berkembang seiring perkembangan masyarakat dan zaman. Kata baku juga tidak statis selamanya. Ada kata-kata baru yang muncul (misalnya istilah teknologi), ada juga kata serapan dari bahasa asing yang perlu disesuaikan ejaannya, atau bahkan ada perubahan makna atau penggunaan kata tertentu.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa punya peran penting dalam memantau perkembangan ini dan melakukan standardisasi. Melalui proses penelitian, pengkajian, dan perumusan, mereka memutuskan apakah suatu kata atau istilah baru layak masuk KBBI, bagaimana ejaannya, dan bagaimana penggunaannya yang dianggap baku. KBBI yang terus diperbarui adalah bukti bahwa kata baku itu tidak mati, melainkan ikut bertumbuh bersama penuturnya.
Jadi, memahami kata baku artinya juga siap untuk terus belajar, karena bahasa kita akan terus berevolusi.
Bagaimana, sudah lebih jelas kan apa itu kata baku, kenapa penting, dan kapan harus menggunakannya? Memang perlu latihan dan kebiasaan untuk bisa menguasai penggunaan kata baku dengan baik, tapi manfaatnya besar banget untuk kelancaran komunikasi, terutama di ranah formal.
Punya pengalaman menarik terkait penggunaan kata baku atau tidak baku? Atau mungkin kamu punya tips lain dalam belajar kata baku? Yuk, share pendapat atau pertanyaan kamu di kolom komentar di bawah!
Posting Komentar