Dhomir Itu Apa Sih? Panduan Lengkap Mengenal Kata Ganti dalam Bahasa Arab

Daftar Isi

Dalam mempelajari Bahasa Arab, salah satu elemen dasar yang sangat penting untuk dikuasai adalah dhomir (الضمير). Dhomir ini ibarat kata ganti dalam Bahasa Indonesia, seperti “saya”, “kamu”, “dia”, “mereka”, dan sebagainya. Fungsinya krusial banget karena membantu kita menghindari pengulangan kata benda yang sama berulang kali dalam satu kalimat atau wacana. Memahami dhomir ini adalah kunci awal untuk bisa merangkai kalimat Bahasa Arab yang benar dan memahami teks-teks berbahasa Arab, termasuk Al-Quran dan Hadits.

Mengenal Kata Ganti dalam Bahasa Arab
Image just for illustration

Secara garis besar, dhomir adalah isim (kata benda) yang mabni (tidak berubah harakat akhirnya) yang menggantikan isim zhahir (kata benda yang jelas) untuk mempersingkat ucapan dan menghindari pengulangan. Dhomir merujuk pada sesuatu atau seseorang yang sudah diketahui atau sedang dibicarakan. Ada berbagai macam bentuk dhomir, tergantung pada siapa yang dirujuk (orang pertama, kedua, atau ketiga), jumlahnya (tunggal, dual, atau jamak), dan jenis kelaminnya (laki-laki atau perempuan).

Pembagian Utama Dhomir: Munfasil dan Muttasil

Dhomir terbagi menjadi dua jenis utama berdasarkan cara penulisannya, yaitu Dhomir Munfasil dan Dhomir Muttasil. Mengenali perbedaan keduanya itu penting banget, karena penggunaannya dalam kalimat berbeda dan memengaruhi makna serta susunan gramatikalnya. Yuk, kita bedah satu per satu biar lebih jelas.

Dhomir Munfasil (الضمير المنفصل)

Pengertian Dhomir Munfasil

Dhomir Munfasil artinya dhomir yang terpisah. Maksudnya, dhomir ini ditulis terpisah dari kata lain yang mengikutinya atau yang di depannya. Dia bisa berdiri sendiri sebagai satu kata utuh dalam kalimat. Dhomir Munfasil biasanya berfungsi sebagai mubtada’ (subjek) dalam kalimat nominal (jumlah ismiyah) atau bisa juga berfungsi sebagai taukid (penguat makna). Bentuk dhomir munfasil itu sudah paten, tidak berubah-ubah.

Macam-macam Dhomir Munfasil

Dhomir Munfasil memiliki berbagai bentuk yang mewakili orang pertama (Mutakallim), orang kedua (Mukhatab), dan orang ketiga (Ghaib), dengan variasi untuk jumlah (tunggal/mufrad, dual/mutsanna, jamak) dan gender (laki-laki/mudzakkar, perempuan/muannats). Bentuk yang paling sering ditemui adalah Dhomir Munfasil yang berkedudukan sebagai rafa’ (biasanya menjadi subjek). Ada 14 bentuk Dhomir Munfasil Rafa’ yang perlu kita kenal:

  • Untuk Orang Ketiga (الغائب - Al-Gha’ib) - Yang tidak ada saat bicara:

    • هُوَ (Huwa): Dia (laki-laki tunggal). Contoh: هُوَ تِلْمِيْذٌ (Huwa tilmiidzun) - Dia adalah seorang siswa (laki-laki). Merujuk pada satu orang laki-laki yang tidak ada di hadapan kita.
    • هُمَا (Huma): Dia (laki-laki atau perempuan dual). Contoh: هُمَا تِلْمِيْذَانِ (Huma tilmiidzaani) - Mereka berdua adalah dua orang siswa (laki-laki). Contoh lain: هُمَا تِلْمِيْذَتَانِ (Huma tilmiidzataani) - Mereka berdua adalah dua orang siswi (perempuan). Bentuk huma ini sama untuk dual laki-laki maupun perempuan.
    • هُمْ (Hum): Mereka (laki-laki jamak). Contoh: هُمْ تَلَامِيْذُ (Hum talaamiidzu) - Mereka adalah para siswa (laki-laki banyak). Merujuk pada rombongan laki-laki (tiga orang atau lebih).
    • هِيَ (Hiya): Dia (perempuan tunggal). Contoh: هِيَ تِلْمِيْذَةٌ (Hiya tilmiidzatun) - Dia adalah seorang siswi (perempuan). Merujuk pada satu orang perempuan yang tidak ada di hadapan kita.
    • هُمَا (Huma): Sama seperti di atas, dia (perempuan dual). Contoh: هُمَا تِلْمِيْذَتَانِ (Huma tilmiidzataani) - Mereka berdua adalah dua orang siswi (perempuan).
    • هُنَّ (Hunna): Mereka (perempuan jamak). Contoh: هُنَّ تِلْمِيْذَاتٌ (Hunna tilmiidzaatun) - Mereka adalah para siswi (perempuan banyak). Merujuk pada rombongan perempuan (tiga orang atau lebih).
  • Untuk Orang Kedua (المخاطب - Al-Mukhatab) - Yang ada di hadapan saat bicara:

    • أَنْتَ (Anta): Kamu (laki-laki tunggal). Contoh: أَنْتَ مُدَرِّسٌ (Anta mudarrisun) - Kamu adalah seorang guru (laki-laki). Digunakan saat bicara langsung dengan satu orang laki-laki.
    • أَنْتُمَا (Antuma): Kamu berdua (laki-laki atau perempuan dual). Contoh: أَنْتُمَا مُدَرِّسَانِ (Antuma mudarrisaani) - Kalian berdua adalah dua orang guru (laki-laki). Contoh lain: أَنْتُمَا مُدَرِّسَتَانِ (Antuma mudarrisataani) - Kalian berdua adalah dua orang guru (perempuan). Bentuk antuma ini sama untuk dual laki-laki maupun perempuan.
    • أَنْتُمْ (Antum): Kalian (laki-laki jamak). Contoh: أَنْتُمْ مُدَرِّسُوْنَ (Antum mudarrisuuna) - Kalian adalah para guru (laki-laki banyak). Digunakan saat bicara langsung dengan sekelompok laki-laki (tiga orang atau lebih).
    • أَنْتِ (Anti): Kamu (perempuan tunggal). Contoh: أَنْتِ مُدَرِّسَةٌ (Anti mudarrisatun) - Kamu adalah seorang guru (perempuan). Digunakan saat bicara langsung dengan satu orang perempuan.
    • أَنْتُمَا (Antuma): Sama seperti di atas, kamu berdua (perempuan dual). Contoh: أَنْتُمَا مُدَرِّسَتَانِ (Antuma mudarrisataani) - Kalian berdua adalah dua orang guru (perempuan).
    • أَنْتُنَّ (Antunna): Kalian (perempuan jamak). Contoh: أَنْتُنَّ مُدَرِّسَاتٌ (Antunna mudarrisaatun) - Kalian adalah para guru (perempuan banyak). Digunakan saat bicara langsung dengan sekelompok perempuan (tiga orang atau lebih).
  • Untuk Orang Pertama (المتكلم - Al-Mutakallim) - Pembicara itu sendiri:

    • أَنَا (Ana): Saya (laki-laki atau perempuan tunggal). Contoh: أَنَا طَبِيْبٌ (Ana thobiibun) - Saya adalah seorang dokter (laki-laki). Contoh lain: أَنَا طَبِيْبَةٌ (Ana thobiibatun) - Saya adalah seorang dokter (perempuan). Bentuk ana sama untuk laki-laki dan perempuan.
    • نَحْنُ (Nahnu): Kami/Kita (laki-laki atau perempuan dual atau jamak). Contoh: نَحْنُ طَلَبَةٌ (Nahnu tholabatun) - Kami adalah para siswa (laki-laki banyak). Contoh lain: نَحْنُ طَالِبَاتٌ (Nahnu thoolibaatun) - Kami adalah para siswi (perempuan banyak). Bentuk nahnu sama untuk laki-laki maupun perempuan, dan bisa untuk dua orang atau lebih.

Untuk memudahkan menghafal, biasanya Dhomir Munfasil Rafa’ ini disajikan dalam bentuk tabel seperti ini:

Jumlah / Gender Orang Ketiga (الغائب) Orang Kedua (المخاطب) Orang Pertama (المتكلم)
Tunggal (Mufrad) Mudzakkar هُوَ (Huwa) أَنْتَ (Anta) \
Tunggal (Mufrad) Muannats هِيَ (Hiya) أَنْتِ (Anti) أَنَا (Ana)
Dual (Mutsanna) Mudzakkar هُمَا (Huma) أَنْتُمَا (Antuma) \
Dual (Mutsanna) Muannats هُمَا (Huma) أَنْتُمَا (Antuma) نَحْنُ (Nahnu)
Jamak (Jam’) Mudzakkar هُمْ (Hum) أَنْتُمْ (Antum) \
Jamak (Jam’) Muannats هُنَّ (Hunna) أَنْتُنَّ (Antunna) \

Tabel ini hanya mencakup Dhomir Munfasil Rafa’. Ada juga Dhomir Munfasil Nashob (seperti إِيَّاهُ - Iyyaahu, إِيَّاك - Iyyaka, إِيَّايَ - Iyyaaya, dst.) yang biasanya berfungsi sebagai objek langsung (maf’ul bih) yang didahulukan, tapi Dhomir Munfasil Rafa’ adalah yang paling fundamental untuk dipahami di awal.

Dhomir Muttasil (الضمير المتصل)

Pengertian Dhomir Muttasil

Kebalikan dari Munfasil, Dhomir Muttasil artinya dhomir yang bersambung. Dhomir ini nggak bisa berdiri sendiri sebagai satu kata. Dia harus selalu menempel atau bersambung dengan kata lain, bisa kata benda (isim), kata kerja (fi’il), atau kata depan (harf jarr). Dhomir Muttasil ini biasanya berfungsi sebagai pelengkap kalimat, seperti kepemilikan (jika bersambung dengan isim), objek (jika bersambung dengan fi’il atau harf jarr), atau subjek yang melekat pada kata kerja.

Macam-macam Dhomir Muttasil dan Fungsinya

Bentuk-bentuk Dhomir Muttasil ini mirip dengan Dhomir Munfasil dalam hal merujuk pada orang ketiga, kedua, atau pertama, dengan variasi jumlah dan gender. Totalnya juga ada 14 bentuk dasar, tapi penulisannya berbeda karena dia menempel.

Berikut bentuk-bentuk Dhomir Muttasil berdasarkan rujukannya:

  • Untuk Orang Ketiga (الغائب - Al-Gha’ib):

    • ـهُ (-hu): Nya (laki-laki tunggal).
    • ـهُمَا (-huma): Nya (laki-laki atau perempuan dual).
    • ـهُمْ (-hum): Nya (laki-laki jamak).
    • ـهَا (-ha): Nya (perempuan tunggal).
    • ـهُمَا (-huma): Nya (perempuan dual).
    • ـهُنَّ (-hunna): Nya (perempuan jamak).
  • Untuk Orang Kedua (المخاطب - Al-Mukhatab):

    • ـكَ (-ka): Mu (laki-laki tunggal).
    • ـكُمَا (-kuma): Mu (laki-laki atau perempuan dual).
    • ـكُمْ (-kum): Mu (laki-laki jamak).
    • ـكِ (-ki): Mu (perempuan tunggal).
    • ـكُمَا (-kuma): Mu (perempuan dual).
    • ـكُنَّ (-kunna): Mu (perempuan jamak).
  • Untuk Orang Pertama (المتكلم - Al-Mutakallim):

    • ـيْ (-ni) / ـي (-i): Ku (saya, tunggal, bisa laki-laki atau perempuan). Huruf nun pada ni disebut nun wiqoyah (nun penjaga) yang muncul jika bersambung dengan kata kerja untuk menjaga harakat huruf terakhir kata kerja. Jika bersambung dengan isim atau harf, biasanya hanya menggunakan ya mutakallim (-ي).
    • ـنَا (-na): Kita/Kami (dual atau jamak, bisa laki-laki atau perempuan).

Nah, fungsi Dhomir Muttasil ini tergantung pada kata apa dia bersambung:

  1. Bersambung dengan Isim (Kata Benda): Dhomir ini berkedudukan sebagai Mudhaf Ilaih (yang disandarkan kepadanya), menunjukkan kepemilikan. Contoh:

    • كِتَابٌ (Kitaabun - buku) + ـهُ (-hu) = كِتَابُهُ (Kitaabuhu) - bukunya (milik dia laki-laki).
    • بَيْتٌ (Baytun - rumah) + ـهَا (-ha) = بَيْتُهَا (Baytuha) - rumahnya (milik dia perempuan).
    • قَلَمٌ (Qolamun - pulpen) + ـكَ (-ka) = قَلَمُكَ (Qolamuka) - pulpenmu (milik kamu laki-laki).
    • مَسْجِدٌ (Masjidun - masjid) + ـي (-i) = مَسْجِدِيْ (Masjidii) - masjidku (milik saya).
    • فَصْلٌ (Fashlun - kelas) + ـنَا (-na) = فَصْلُنَا (Fashlunaa) - kelas kami.
  2. Bersambung dengan Fi’il (Kata Kerja): Dhomir ini biasanya berkedudukan sebagai Maf’ul Bih (objek penderita). Bentuk dhomirnya sama seperti saat bersambung dengan isim, hanya fungsi gramatikalnya berbeda. Contoh:

    • ضَرَبَ (Dhoroba - dia laki-laki telah memukul) + ـهُ (-hu) = ضَرَبَهُ (Dhorobahu) - Dia (lk) memukulnya (lk).
    • رَأَى (Ro’aa - dia lk telah melihat) + ـهَا (-ha) = رَآهَا (Ro’aahaa) - Dia (lk) melihatnya (pr).
    • سَأَلَ (Sa’ala - dia lk telah bertanya) + ـكَ (-ka) = سَأَلَكَ (Sa’alaka) - Dia (lk) bertanya kepadamu (lk).
    • شَكَرَ (Syakaro - dia lk telah berterima kasih) + ـنِي (-ni) = شَكَرَنِيْ (Syakaranii) - Dia (lk) berterima kasih kepadaku. (Perhatikan ada nun wiqoyah).
  3. Bersambung dengan Harf Jarr (Kata Depan) atau Harf Nashob: Dhomir ini berkedudukan sebagai Isim Majrur (setelah harf jarr) atau Isim Inna/Anna (setelah harf nashob). Contoh:

    • لِـ (Li - untuk/milik) + ـهُ (-hu) = لَهُ (Lahu) - Untuknya (lk) / Miliknya (lk).
    • مِنْ (Min - dari) + ـهُمْ (-hum) = مِنْهُمْ (Minhum) - Dari mereka (lk).
    • إِلَى (Ilaa - ke) + ـكِ (-ki) = إِلَيْكِ (Ilaiki) - Kepadamu (pr).
    • عَلَى (Alaa - di atas/atas) + ـنَا (-na) = عَلَيْنَا (Alainaa) - Atas kami.
    • إِنَّ (Inna - sesungguhnya) + ـهُ (-hu) = إِنَّهُ (Innahu) - Sesungguhnya dia (lk).
    • أَنَّ (Anna - bahwa) + ـهُمْ (-hum) = أَنَّهُمْ (Annahum) - Bahwa mereka (lk).

Penting diingat, dhomir, baik munfasil maupun muttasil, itu bersifat mabni. Artinya, harakat akhirnya tidak berubah meskipun kedudukannya dalam kalimat berubah (seperti subjek, objek, mudhaf ilaih, dll.). Perubahan yang terjadi pada dhomir muttasil biasanya hanya terkait dengan penyesuaian bacaan sebelum dhomir tersebut (misalnya, harakat huruf sebelum ya mutakallim (-ي) seringkali dikasrah).

Dhomir Mustatir (الضمير المستتر): Dhomir yang Tersembunyi

Selain Dhomir Munfasil dan Muttasil, ada satu jenis dhomir lagi yang penting dalam kata kerja, yaitu Dhomir Mustatir. Artinya dhomir yang tersembunyi atau tidak ditulis secara eksplisit. Dhomir ini adalah subjek yang melekat pada kata kerja (fi’il) dan sudah terkandung di dalamnya, tidak perlu disebutkan secara terpisah.

Misalnya, dalam kata kerja fi’il madhi (kata kerja lampau) untuk orang ketiga tunggal laki-laki: كَتَبَ (kataba). Artinya “dia (laki-laki) telah menulis”. Subjek “dia” (هُوَ - huwa) di sini tidak ditulis terpisah, melainkan sudah terkandung dalam bentuk kata kerja كَتَبَ itu sendiri. Dhomir “huwa” di sini disebut Dhomir Mustatir Jawazan (tersembunyi secara boleh, bisa diganti dengan isim zhahir).

Contoh lain pada fi’il mudhari’ (kata kerja sekarang/akan datang) untuk orang pertama tunggal: أَكْتُبُ (aktubu). Artinya “saya sedang/akan menulis”. Subjek “saya” (أَنَا - ana) juga tidak ditulis, dia mustatir di dalamnya. Dhomir “ana” di sini disebut Dhomir Mustatir Wujuban (tersembunyi secara wajib, tidak bisa diganti dengan isim zhahir).

Memahami dhomir mustatir ini penting untuk menentukan subjek dalam kalimat yang menggunakan kata kerja, terutama pada fi’il yang subjeknya memang tidak perlu disebutkan secara eksplisit.

Kenapa Dhomir Itu Penting Banget?

Mempelajari dan menguasai dhomir adalah langkah fundamental dalam belajar Bahasa Arab karena beberapa alasan:

  1. Memahami Struktur Kalimat: Dhomir seringkali menjadi subjek atau objek dalam kalimat. Mengenali bentuk dan fungsinya membantu kita menganalisis struktur kalimat Bahasa Arab dengan benar.
  2. Menghindari Pengulangan: Seperti fungsi kata ganti pada umumnya, dhomir membuat wacana menjadi lebih ringkas dan enak dibaca/didengar tanpa harus mengulang-ulang kata benda yang sama.
  3. Memahami Teks Arab Klasik: Al-Quran, Hadits, dan kitab-kitab klasik Bahasa Arab banyak menggunakan dhomir. Tanpa memahami dhomir, akan sulit sekali untuk memahami siapa yang dirujuk, siapa pelakunya, atau siapa objeknya dalam ayat atau kalimat.
  4. Berkomunikasi Efektif: Dalam percakapan sehari-hari maupun tulisan, penggunaan dhomir yang tepat menunjukkan kemahiran berbahasa dan membuat komunikasi menjadi lancar dan jelas.
  5. Memahami Konjugasi Kata Kerja (Tashrif Fi’il): Konjugasi kata kerja dalam Bahasa Arab sangat erat kaitannya dengan dhomir. Setiap bentuk kata kerja (baik fi’il madhi, mudhari’, atau amr) dikonjugasikan berdasarkan dhomir yang menjadi subjeknya. Jadi, menguasai dhomir adalah prasyarat untuk menguasai tashrif fi’il.

Tips Mudah Belajar Dhomir

Belajar dhomir mungkin terasa banyak bentuknya di awal, apalagi dengan variasi jumlah, gender, dan orang. Tapi tenang, ini beberapa tips yang bisa dicoba:

  • Hafalkan Secara Berurutan: Hafalkan 14 bentuk Dhomir Munfasil Rafa’ secara berurutan (Huwa, Huma, Hum, Hiya, Huma, Hunna, Anta, Antuma, Antum, Anti, Antuma, Antunna, Ana, Nahnu). Ulangi terus sampai lancar di luar kepala. Ini adalah dasar yang sangat penting.
  • Gunakan Tabel: Buat atau cetak tabel dhomir (seperti contoh di atas) dan tempel di tempat yang sering terlihat. Menvisualisasikan bentuk-bentuknya dalam tabel sangat membantu.
  • Latihan dengan Contoh Kalimat: Setelah menghafal bentuknya, coba buat kalimat-kalimat sederhana menggunakan setiap dhomir. Misalnya: هُوَ طَالِبٌ جَدِيْدٌ (Huwa thoolibun jadiidun) - Dia adalah siswa baru. هُمْ مُهَنْدِسُوْنَ (Hum muhandisuuna) - Mereka adalah para insinyur.
  • Identifikasi dalam Bacaan: Saat membaca teks Bahasa Arab (dari buku pelajaran, artikel ringan, atau bahkan Al-Quran), coba identifikasi dhomir-dhomir yang muncul, tentukan jenisnya (munfasil/muttasil), dan siapa yang dirujuk oleh dhomir tersebut. Latihan ini sangat efektif.
  • Latihan Dhomir Muttasil: Setelah lancar dengan Munfasil, beralih ke Muttasil. Hafalkan bentuk-bentuknya dan latih menempelkannya pada kata benda, kata kerja, dan kata depan. Buat contoh kalimat untuk setiap kombinasi.
  • Ulangi dan Latih Konsisten: Kunci utama belajar Bahasa Arab adalah pengulangan dan konsistensi. Sisihkan waktu setiap hari untuk muraja’ah (mengulang) materi dhomir.

Fakta menariknya, dalam Bahasa Arab klasik, kata ganti dual (mutsanna) itu sangat sering digunakan, berbeda dengan banyak bahasa modern yang hanya membedakan tunggal dan jamak. Ini menunjukkan kekayaan dan presisi Bahasa Arab dalam merujuk jumlah.

Meskipun ada 14 bentuk dasar dhomir munfasil dan muttasil, sebagian bentuknya sama (misalnya huma dan antuma). Fokus pada pemahaman konsep orang, jumlah, dan gender, serta bagaimana dhomir berubah sesuai dengan itu, akan membuat proses belajar lebih terstruktur. Dhomir adalah fondasi penting; setelah menguasainya, insyaallah langkah selanjutnya dalam belajar nahwu dan shorof akan terasa lebih mudah.

Nah, itu dia penjelasan singkat tentang apa itu dhomir, jenis-jenisnya, fungsinya, dan kenapa penting dipelajari. Semoga bisa memberikan gambaran yang jelas buat teman-teman yang sedang atau baru mulai belajar Bahasa Arab ya.

Gimana nih, penjelasan soal dhomir ini? Ada yang masih bingung atau mau nambahin informasi menarik lainnya? Jangan ragu share di kolom komentar ya!

Posting Komentar