Sandhangan Wyanjana: Mengenal Lebih Dalam Aksara Jawa, Contoh & Fungsinya!

Table of Contents

Sandhangan wyanjana, pernah dengar istilah ini? Kalau kamu lagi belajar atau penasaran sama aksara Jawa, pasti istilah ini bakal sering muncul. Nah, biar nggak bingung, yuk kita bahas tuntas apa sih sebenarnya sandhangan wyanjana itu. Gampangnya, sandhangan wyanjana ini kayak “bumbu” tambahan dalam aksara Jawa yang bikin bunyi huruf konsonan jadi lebih beragam.

Pengertian Sandhangan Wyanjana

Pengertian Sandhangan Wyanjana
Image just for illustration

Jadi, sandhangan wyanjana itu adalah tanda diakritik atau simbol khusus dalam aksara Jawa yang fungsinya buat menambahkan bunyi konsonan tertentu pada suatu suku kata. Lebih spesifiknya, sandhangan wyanjana ini dipakai buat menyisipkan bunyi konsonan /r/, /y/, atau /w/ setelah konsonan dasar. Penting nih diingat, sandhangan wyanjana ini beda ya sama sandhangan swara yang mengubah bunyi vokal, atau panyigeg wanda yang menutup suku kata dengan konsonan di akhir.

Kalau diibaratkan dalam bahasa Indonesia, sandhangan wyanjana ini mirip kayak menambahkan huruf “r”, “y”, atau “w” di tengah kata. Misalnya, kata “karya”. Huruf “y” di tengah kata itu, nah kurang lebih kayak gitu deh fungsi sandhangan wyanjana dalam aksara Jawa. Tujuannya jelas, biar kita bisa menulis kata-kata dengan bunyi yang lebih kaya dan kompleks dalam aksara Jawa.

Fungsi Sandhangan Wyanjana

Fungsi Sandhangan Wyanjana
Image just for illustration

Fungsi utama sandhangan wyanjana itu jelas buat memperkaya bunyi konsonan dalam aksara Jawa. Tanpa sandhangan wyanjana, pilihan bunyi konsonan kita jadi terbatas banget. Bayangin aja, kita cuma bisa nulis suku kata yang konsonannya tunggal, kayak “ba”, “ka”, “ta”, dan seterusnya. Padahal, banyak banget kata dalam bahasa Jawa (dan bahasa lainnya yang ditulis pakai aksara Jawa) yang punya konsonan ganda di tengah suku kata.

Nah, dengan adanya sandhangan wyanjana, kita jadi bisa nulis kata-kata kayak “krama” (adat), “swarga” (surga), “praja” (kerajaan), “tyas” (hati), dan masih banyak lagi. Coba bayangin kalau nggak ada sandhangan wyanjana, pasti repot banget kan nulis kata-kata kayak gitu? Jadi, sandhangan wyanjana ini penting banget buat keakuratan dan kelengkapan penulisan aksara Jawa.

Selain itu, sandhangan wyanjana juga punya fungsi membedakan makna kata. Dalam beberapa kasus, perbedaan bunyi konsonan yang disebabkan oleh sandhangan wyanjana bisa mengubah arti sebuah kata. Misalnya, perhatikan perbedaan antara kata yang menggunakan sandhangan wyanjana dan yang tidak. Meskipun contoh spesifiknya mungkin butuh konteks lebih dalam aksara Jawa, prinsipnya sama kayak perbedaan kata “lari” dan “lira” dalam bahasa Indonesia. Perbedaan bunyi konsonan “r” di tengah kata bisa mengubah makna.

Jenis-jenis Sandhangan Wyanjana

Jenis-jenis Sandhangan Wyanjana
Image just for illustration

Oke, sekarang kita masuk ke bagian yang paling penting, yaitu jenis-jenis sandhangan wyanjana. Ada beberapa jenis sandhangan wyanjana yang perlu kamu tahu, dan masing-masing punya bentuk dan bunyi yang berbeda. Yuk, kita bahas satu per satu:

1. Cakra (ꦿ)

Cakra Sandhangan Wyanjana
Image just for illustration

Cakra bentuknya kayak simbol “r” kecil yang diletakkan di bawah aksara dasar. Fungsinya buat menambahkan bunyi /r/ setelah konsonan dasar. Jadi, kalau ada aksara dasar dikasih cakra, bunyinya jadi konsonan dasar + /r/. Contohnya:

  • ꦏ + ꦿ = ꦏꦿ (kra) Dibaca “kra” seperti pada kata “krama” (adat).
  • ꦧ + ꦿ = ꦧꦿ (bra) Dibaca “bra” seperti pada kata “brahma” (dewa Brahma).
  • ꦕ + ꦿ = ꦕꦿ (cra) Dibaca “cra” seperti pada kata “crah” (pertengkaran).
  • ꦢ + ꦿ = ꦢꦿ (dra) Dibaca “dra” seperti pada kata “drajat” (derajat).
  • ꦒ + ꦿ = ꦒꦿ (gra) Dibaca “gra” seperti pada kata “graha” (planet).

Cakra ini penting banget karena bunyi /r/ sering muncul dalam bahasa Jawa, terutama dalam kata-kata serapan dari bahasa Sansekerta atau Kawi.

2. Keret (ꦽ)

Keret Sandhangan Wyanjana
Image just for illustration

Keret ini bentuknya mirip cakra, tapi ada tambahan garis kecil di atasnya. Fungsinya buat menambahkan bunyi /rə/ atau /re/ setelah konsonan dasar. Sebenarnya, keret ini merupakan gabungan dari cakra (ꦿ) dan pepet (ꦼ). Pepet sendiri adalah sandhangan swara yang memberikan bunyi /ə/ atau /e/ lemah. Jadi, keret ini kayak paket komplit bunyi /r/ dan /ə/. Contohnya:

  • ꦏ + ꦽ = ꦏꦽ (kre) Dibaca “kre” seperti pada kata “kreteg” (jembatan).
  • ꦠ + ꦽ = ꦠꦽ (tre) Dibaca “tre” seperti pada kata “trembel” (terombol).
  • ꦧ + ꦽ = ꦧꦽ (bre) Dibaca “bre” seperti pada kata “brebes” (nama daerah).
  • ꦥ + ꦽ = ꦥꦽ (pre) Dibaca “pre” seperti pada kata “premati” (teliti).
  • ꦒ + ꦽ = ꦒꦽ (gre) Dibaca “gre” seperti pada kata “greged” (bersemangat).

Keret ini juga sering dipakai, terutama untuk menulis kata-kata yang punya bunyi /re/ atau /rə/ di tengah suku kata.

3. Pengkal (ꦾ)

Pengkal Sandhangan Wyanjana
Image just for illustration

Pengkal bentuknya kayak simbol “y” kecil yang diletakkan di bawah aksara dasar. Fungsinya buat menambahkan bunyi /y/ setelah konsonan dasar. Jadi, kalau ada aksara dasar dikasih pengkal, bunyinya jadi konsonan dasar + /y/. Contohnya:

  • ꦏ + ꦾ = ꦏꦾ (kya) Dibaca “kya” seperti pada kata “kyai” (sebutan untuk tokoh agama).
  • ꦒ + ꦾ = ꦒꦾ (gya) Dibaca “gya” seperti pada kata “gyat” (cepat).
  • ꦧ + ꦾ = ꦧꦾ (bya) Dibaca “bya” seperti pada kata “byar” (terang benderang).
  • ꦥ + ꦾ = ꦥꦾ (pya) Dibaca “pya” seperti pada kata “pyayi” (sebutan untuk anak kecil).
  • ꦠ + ꦾ = ꦠꦾ (tya) Dibaca “tya” seperti pada kata “tyang” (orang).

Pengkal ini juga penting banget, terutama buat menulis kata-kata yang punya bunyi /y/ di tengah suku kata.

4. Cakra Keret (ꦿꦼ) (Sebenarnya Keret sudah mencakup ini)

Sebenarnya, keret (ꦽ) itu sendiri sudah merupakan kombinasi dari cakra (ꦿ) dan pepet (ꦼ). Jadi, istilah “cakra keret” ini agak redundant. Tapi, kadang-kadang orang masih menyebutnya untuk menekankan bahwa bunyi yang dihasilkan adalah /rə/ atau /re/. Intinya, baik disebut keret atau cakra keret, simbolnya tetap sama yaitu ꦽ dan bunyinya tetap /rə/ atau /re/.

5. (Sebenarnya tidak ada “Wignyan” sebagai Wyanjana) - Koreksi Pemahaman Awal

Awalnya, mungkin ada yang berpikir bahwa wignyan (ꦃ) termasuk sandhangan wyanjana. Ini kurang tepat ya. Wignyan itu termasuk panyigeg wanda, yaitu sandhangan yang berfungsi menutup suku kata dengan bunyi konsonan di akhir, khususnya bunyi /h/. Jadi, wignyan bukan buat menyisipkan konsonan di tengah suku kata kayak sandhangan wyanjana, tapi buat menutup suku kata di akhir.

6. (Sebenarnya tidak ada “Layar” sebagai Wyanjana) - Koreksi Pemahaman Awal

Sama kayak wignyan, layar (ꦂ) juga bukan sandhangan wyanjana. Layar juga termasuk panyigeg wanda, fungsinya buat menutup suku kata dengan bunyi /r/ di akhir. Jadi, layar juga beda fungsi sama sandhangan wyanjana.

7. (Sebenarnya tidak ada “Cecak” sebagai Wyanjana) - Koreksi Pemahaman Awal

Cecak (ꦁ) juga bukan sandhangan wyanjana. Cecak itu panyigeg wanda juga, buat menutup suku kata dengan bunyi /ŋ/ (ng) di akhir. Jadi, cecak juga beda fungsi sama sandhangan wyanjana.

Kesimpulan Jenis Sandhangan Wyanjana yang Benar:

Jadi, sandhangan wyanjana yang utama dan benar-benar berfungsi menyisipkan konsonan /r/, /y/, atau /w/ di tengah suku kata itu adalah:

  1. Cakra (ꦿ): untuk bunyi /r/
  2. Keret (ꦽ): untuk bunyi /rə/ atau /re/
  3. Pengkal (ꦾ): untuk bunyi /y/

Jenis lain seperti cakraswara dan pengkalswara adalah pengembangan dari cakra dan pengkal yang dikombinasikan dengan sandhangan swara.

Pengembangan: Cakraswara dan Pengkalswara

Selain tiga jenis utama di atas, ada juga pengembangan dari sandhangan wyanjana yang disebut cakraswara dan pengkalswara. Ini adalah kombinasi antara cakra atau pengkal dengan sandhangan swara. Fungsinya buat menghasilkan bunyi diftong atau vokal rangkap setelah konsonan /r/ atau /y/.

Cakraswara

Cakraswara adalah kombinasi cakra (ꦿ) dengan sandhangan swara. Contohnya:

  • ꦕꦿ + ꦶ = ꦕꦿꦶ (cri) Dibaca “cri” (misalnya dalam kata “criwis”).
  • ꦧꦿ + ꦈ = ꦧꦿꦈ (bru) Dibaca “bru” (misalnya dalam kata “brutu”).
  • ꦒꦿ + ꦺ = ꦒꦿꦺ (gre) Dibaca “gre” (sudah dibahas di keret, tapi bisa juga dianggap cakraswara + taling).
  • ꦢꦿ + ꦺꦴ = ꦢꦿꦺꦴ (dro) Dibaca “dro” (misalnya dalam kata “ndrodhog”).

Pengkalswara

Pengkalswara adalah kombinasi pengkal (ꦾ) dengan sandhangan swara. Contohnya:

  • ꦏꦾ + ꦶ = ꦏꦾꦶ (kyi) Dibaca “kyi” (misalnya dalam kata “kyai”).
  • ꦒꦾ + ꦈ = ꦒꦾꦈ (gyu) Dibaca “gyu” (misalnya dalam kata “gyugyah-gyugyah”).
  • ꦥꦾ + ꦺ = ꦥꦾꦺ (pye) Dibaca “pye” (jarang ditemukan, tapi secara teori bisa).
  • ꦧꦾ + ꦺꦴ = ꦧꦾꦺꦴ (byo) Dibaca “byo” (misalnya dalam kata “mbyok”).

Dengan adanya cakraswara dan pengkalswara, variasi bunyi dalam aksara Jawa jadi makin kaya dan fleksibel.

Contoh Penggunaan Sandhangan Wyanjana dalam Kata

Contoh Penggunaan Sandhangan Wyanjana
Image just for illustration

Biar lebih jelas, ini beberapa contoh kata dalam aksara Jawa yang menggunakan sandhangan wyanjana:

  • ꦏꦿꦩ (krama) : adat istiadat
  • ꦧꦽꦠ (breta) : berita
  • ꦱꦿꦶꦒꦭ (srigala) : serigala
  • ꦥꦿꦧꦸ (prabu) : raja
  • ꦢꦿꦶꦪ (driya) : perasaan
  • ꦒꦾꦤ꧀ꦠꦶ (gyanti) : mengganti
  • ꦏꦾꦶ (kyai) : sebutan untuk tokoh agama
  • ꦧꦾꦺꦴꦤ꧀ (byon) : bunyi (onomatope)
  • ꦠꦾꦱ꧀ (tyas) : hati
  • ꦱ꧀ꦮꦂꦒ (swarga) : surga (walaupun “sw” bukan wyanjana, tapi contoh kata kompleks)

Perhatikan bagaimana sandhangan wyanjana (cakra, keret, pengkal) mengubah bunyi konsonan dasar dan membentuk suku kata yang lebih kompleks.

Tips Mempelajari Sandhangan Wyanjana

Tips Mempelajari Sandhangan Wyanjana
Image just for illustration

Belajar sandhangan wyanjana memang butuh sedikit latihan dan pembiasaan. Tapi jangan khawatir, ini beberapa tips yang bisa bantu kamu:

  1. Hafalkan bentuk dan bunyi masing-masing sandhangan wyanjana. Cakra, keret, dan pengkal punya bentuk yang khas dan bunyi yang spesifik. Bikin flashcard atau catatan kecil buat latihan menghafal.
  2. Perbanyak latihan menulis dan membaca kata-kata yang menggunakan sandhangan wyanjana. Cari contoh-contoh teks aksara Jawa, atau buku-buku pelajaran aksara Jawa. Coba tulis ulang kata-kata yang ada, atau baca teksnya dengan lantang.
  3. Gunakan aplikasi atau website belajar aksara Jawa. Sekarang udah banyak aplikasi atau website yang menyediakan materi belajar aksara Jawa secara interaktif. Manfaatin sumber-sumber ini buat latihan dan memperdalam pemahaman kamu.
  4. Cari teman atau komunitas belajar aksara Jawa. Belajar bareng teman atau komunitas bisa bikin lebih semangat dan termotivasi. Kamu bisa saling bertukar informasi, bertanya jawab, dan latihan bersama.
  5. Jangan takut salah dan teruslah berlatih. Proses belajar itu pasti ada salahnya. Yang penting jangan mudah menyerah dan teruslah berlatih secara konsisten. Lama-lama pasti kamu bakal makin lancar dan mahir.

Fakta Menarik tentang Sandhangan Wyanjana

Fakta Menarik tentang Sandhangan Wyanjana
Image just for illustration

Ada beberapa fakta menarik nih tentang sandhangan wyanjana yang mungkin belum kamu tahu:

  • Sandhangan wyanjana adalah bagian penting dari kekayaan aksara Jawa. Tanpa sandhangan wyanjana, aksara Jawa nggak akan bisa mengekspresikan bunyi bahasa Jawa dengan lengkap dan akurat.
  • Konsep sandhangan wyanjana juga ditemukan dalam aksara-aksara Brahmi lainnya di Asia Selatan dan Tenggara. Ini menunjukkan adanya hubungan sejarah dan perkembangan aksara yang saling terkait di wilayah ini.
  • Penggunaan sandhangan wyanjana menunjukkan tingkat kehalusan dan kompleksitas aksara Jawa. Aksara Jawa bukan cuma sekadar abjad biasa, tapi juga sistem penulisan yang kaya dengan aturan dan simbol-simbol yang punya makna dan fungsi tersendiri.
  • Mempelajari sandhangan wyanjana bisa membuka pintu untuk memahami lebih dalam budaya dan sastra Jawa. Banyak karya sastra klasik Jawa yang ditulis menggunakan aksara Jawa, dan pemahaman tentang sandhangan wyanjana penting buat bisa membaca dan mengapresiasi karya-karya tersebut.
  • Meskipun terkesan rumit, sandhangan wyanjana sebenarnya logis dan sistematis. Kalau kita mau belajar dengan tekun dan sabar, pasti kita bisa menguasai sandhangan wyanjana dan aksara Jawa secara keseluruhan.

Kesimpulan

Sandhangan wyanjana adalah elemen penting dalam aksara Jawa yang berfungsi untuk menambahkan bunyi konsonan /r/, /y/, atau /w/ di tengah suku kata. Ada tiga jenis utama sandhangan wyanjana yaitu cakra (ꦿ), keret (ꦽ), dan pengkal (ꦾ). Dengan memahami dan menguasai sandhangan wyanjana, kita bisa menulis dan membaca aksara Jawa dengan lebih lengkap dan akurat. Belajar sandhangan wyanjana memang butuh waktu dan latihan, tapi dengan tips dan semangat yang tepat, pasti kamu bisa menguasainya. Jangan ragu untuk terus belajar dan eksplorasi kekayaan aksara Jawa!

Gimana, udah lebih paham kan sekarang tentang sandhangan wyanjana? Kalau ada pertanyaan atau pengalaman menarik seputar sandhangan wyanjana, jangan ragu buat share di kolom komentar ya!

Posting Komentar