Mengenal Permintaan Potensial: Apa Itu & Cara Jitu Melihat Peluangnya!

Table of Contents

Pernah dengar istilah “permintaan potensial”? Simpelnya, permintaan potensial itu bukan tentang siapa yang sudah membeli produk atau jasa kamu sekarang, tapi tentang siapa yang bisa membeli di masa depan. Ini adalah perkiraan jumlah orang atau entitas yang punya keinginan, daya beli, dan akses untuk membeli suatu produk atau layanan, meskipun mereka belum melakukannya saat ini. Jadi, ini seperti melihat “pasar tersembunyi” yang siap disasar.

Bayangkan ada produk baru yang super inovatif tapi harganya masih mahal banget atau distribusinya belum luas. Mungkin yang beli sekarang masih sedikit (permintaan aktual). Tapi, di luar sana ada jutaan orang yang sebenarnya tertarik dengan produk itu, punya uang untuk membelinya (atau akan punya dalam waktu dekat), dan akan langsung beli begitu harganya lebih terjangkau atau produknya gampang didapat (akses). Nah, itulah yang disebut permintaan potensial.

Ini beda tipis tapi penting banget sama permintaan aktual. Permintaan aktual itu yang sudah terjadi, jumlah transaksi penjualan, berapa banyak orang yang beneran beli kemarin, hari ini. Permintaan potensial itu yang bisa terjadi, semacam potensi pasar yang belum terjamah atau belum sepenuhnya terwujud karena berbagai faktor. Memahami ini krusial buat bisnis!

Understanding potential demand
Image just for illustration

Membedah Konsep Permintaan Potensial

Untuk memahami permintaan potensial lebih dalam, kita perlu lihat komponen-komponen utamanya. Ini bukan cuma soal “mau beli”, tapi ada beberapa faktor yang harus terpenuhi agar seseorang bisa dianggap sebagai bagian dari permintaan potensial. Setidaknya ada tiga elemen kunci:

1. Keinginan atau Kebutuhan (Desire or Need)

Ini adalah fondasi paling dasar. Seseorang harus merasa membutuhkan atau tertarik pada produk atau layanan yang kamu tawarkan. Mungkin mereka belum sadar butuh, tapi begitu tahu ada produk ini, mereka langsung merasa “Oh iya, ini yang aku cari!”. Keinginan ini bisa muncul karena solusi yang ditawarkan produk, gaya hidup, tren, atau sekadar rasa penasaran. Tanpa keinginan ini, sebagus apapun produkmu atau semurah apapun harganya, tidak akan ada permintaan potensial. Tugas marketer adalah seringkali menciptakan atau setidaknya menyadarkan keinginan ini.

2. Daya Beli (Purchasing Power)

Ini faktor penentu yang sangat realistis. Seseorang tidak hanya perlu ingin, tapi juga perlu punya kemampuan finansial untuk membeli. Permintaan potensial itu merujuk pada mereka yang bisa membayar harga produk atau layanan tersebut, meskipun mungkin harga saat ini masih di luar jangkauan mereka, tapi diperkirakan akan terjangkau di masa depan (misalnya, kalau ada promo, cicilan, atau pendapatan mereka naik). Pasar mahasiswa mungkin punya keinginan tinggi untuk punya mobil mewah, tapi daya beli mereka rendah. Namun, seiring waktu dan lulus kuliah, daya beli mereka bisa meningkat, menjadikan mereka bagian dari permintaan potensial di masa depan.

3. Akses dan Ketersediaan (Access and Availability)

Seberapa mudah produk atau layananmu didapatkan? Jika produkmu hanya dijual di satu kota kecil di ujung negeri, sementara target pasarmu tersebar di seluruh Indonesia, maka permintaan potensial di luar kota itu mungkin tinggi, tapi tidak bisa terwujud jadi permintaan aktual karena masalah akses. Akses ini bisa berupa lokasi fisik, ketersediaan online, proses pembelian yang mudah, atau bahkan informasi yang jelas tentang produk. Orang mungkin ingin dan punya uang, tapi kalau tidak tahu di mana beli atau susah banget belinya, mereka tidak akan jadi pembeli aktual.

Permintaan potensial adalah irisan dari ketiga faktor ini. Seseorang yang ingin, mampu membeli, dan punya potensi akses tapi belum membeli saat ini lah yang termasuk dalam kategori ini.

Mengapa Memahami Permintaan Potensial Itu Penting?

Memahami permintaan potensial itu seperti memegang peta harta karun bagi bisnis. Kenapa penting banget?

  • Estimasi Ukuran Pasar: Ini membantu bisnis memperkirakan seberapa besar pasar yang sebenarnya bisa mereka garap, bukan cuma pasar yang sudah ada. Ini krusial untuk perencanaan jangka panjang.
  • Peluang Pertumbuhan: Permintaan potensial menunjukkan area mana yang punya potensi pertumbuhan paling besar. Apakah ada segmen yang belum terlayani? Apakah ada kebutuhan yang belum terpenuhi?
  • Pengembangan Produk Baru: Sebelum meluncurkan produk baru, penting banget tahu apakah ada permintaan potensial yang cukup untuk produk tersebut. Ini mengurangi risiko kegagalan.
  • Strategi Pemasaran: Dengan mengetahui siapa saja yang termasuk permintaan potensial, bisnis bisa merancang kampanye pemasaran yang lebih efektif untuk menjangkau mereka, menyadarkan mereka, dan mengubah mereka menjadi pembeli aktual.
  • Alokasi Sumber Daya: Bisnis bisa mengalokasikan sumber daya (anggaran marketing, tim sales, produksi) ke area yang paling menjanjikan berdasarkan potensi permintaan.
  • Perencanaan Kapasitas Produksi: Jika bisnis tahu potensi permintaan di masa depan itu besar, mereka bisa mulai merencanakan penambahan kapasitas produksi atau perluasan jaringan distribusi dari jauh-jauh hari.

Bayangkan sebuah startup yang mengembangkan aplikasi edukasi bahasa asing. Pengguna aktif mereka saat ini mungkin baru ribuan (permintaan aktual). Tapi, mereka tahu ada jutaan pelajar dan profesional di Indonesia yang ingin belajar bahasa asing, punya daya beli untuk berlangganan (kalau harganya pas), dan bisa mengakses aplikasi dari smartphone mereka. Potensi permintaan inilah yang jadi dasar mereka mencari investor, mengembangkan fitur baru, dan memperluas jangkauan pemasaran. Tanpa analisis permintaan potensial, mereka mungkin hanya puas dengan pengguna yang ada dan melewatkan peluang besar.

Market research and potential demand
Image just for illustration

Bagaimana Mengukur atau Mengestimasi Permintaan Potensial?

Mengukur permintaan aktual itu relatif mudah, tinggal lihat data penjualan. Tapi mengukur permintaan potensial itu lebih tricky, karena kita bicara tentang sesuatu yang belum terjadi. Ini butuh riset dan analisis yang cermat. Beberapa metode yang umum digunakan antara lain:

1. Riset Pasar (Market Research)

Ini metode paling klasik dan masih relevan. Melalui survei, wawancara, atau focus group discussion (FGD), kamu bisa menggali informasi langsung dari calon konsumen. Tanyakan:
* Apakah mereka punya kebutuhan atau keinginan terhadap jenis produk/layanan ini?
* Berapa perkiraan budget yang mereka siapkan jika ingin membeli?
* Kendala apa yang mereka hadapi saat ini dalam memenuhi kebutuhan tersebut?
* Fitur atau keunggulan apa yang paling menarik bagi mereka?
* Di mana mereka biasanya mencari informasi atau membeli produk serupa?

Survei bisa dilakukan secara online, telepon, atau tatap muka. Pastikan sampel responden mewakili target pasar potensialmu. Hasil riset ini akan memberikan gambaran kasar tentang seberapa banyak orang yang tertarik dan mampu membayar.

2. Analisis Data Demografi dan Ekonomi

Data publik seringkali jadi sumber emas. Lihat data kependudukan (jumlah penduduk, usia, pendidikan), data ekonomi (pendapatan per kapita, tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi), dan data geografis. Misalnya, jika kamu menjual produk premium, lihat data tentang jumlah penduduk di segmen pendapatan menengah ke atas di wilayah targetmu. Jika targetmu adalah anak muda, lihat data pertumbuhan populasi usia produktif. Data ini memberikan gambaran kasar tentang daya beli dan ukuran populasi yang relevan.

3. Analisis Tren Pasar dan Industri

Pantau tren yang sedang berkembang. Apakah ada pergeseran perilaku konsumen? Teknologi baru yang muncul? Peraturan pemerintah yang berubah? Tren ini bisa menciptakan kebutuhan atau keinginan baru yang sebelumnya tidak ada. Misalnya, tren gaya hidup sehat meningkatkan permintaan potensial untuk produk makanan organik atau alat olahraga. Tren digitalisasi meningkatkan permintaan potensial untuk layanan berbasis aplikasi atau produk smart home. Analisis tren membantu mengidentifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi.

4. Analisis Kompetitor

Lihat apa yang dilakukan kompetitor, terutama yang sukses. Segmen mana yang mereka layani? Apakah ada celah pasar yang belum mereka sentuh? Permintaan potensial bisa jadi ada di segmen yang diabaikan oleh kompetitor utama. Analisis ini juga bisa memberikan benchmark tentang harga yang bersaing dan saluran distribusi yang efektif.

5. Data Perilaku Konsumen

Di era digital, banyak data perilaku konsumen bisa dilacak. Data pencarian online (keyword yang sering dicari), aktivitas di media sosial (topik yang sedang ramai dibicarakan), data dari website (halaman apa yang paling banyak dikunjungi), data dari aplikasi mobile. Semua ini bisa jadi indikator minat dan kebutuhan yang belum tentu terekspos di survei tradisional. Jika banyak orang mencari informasi tentang “solusi kulit berjerawat yang alami” tapi produk yang ada kebanyakan berbahan kimia, ini bisa jadi indikasi permintaan potensial untuk produk alami.

Mengestimasi permintaan potensial biasanya melibatkan kombinasi dari beberapa metode ini untuk mendapatkan gambaran yang paling akurat. Ini bukan angka pasti, tapi perkiraan terbaik yang bisa digunakan untuk dasar pengambilan keputusan.

Analyzing market data
Image just for illustration

Contoh Kasus Permintaan Potensial

Supaya lebih kebayang, mari lihat beberapa contoh:

  • Mobil Listrik di Indonesia: Beberapa tahun lalu, permintaan aktual mobil listrik masih sangat rendah karena harganya mahal, stasiun pengisian daya sedikit, dan kesadaran masyarakat belum tinggi. Namun, permintaan potensialnya sebenarnya tinggi. Banyak masyarakat perkotaan yang ingin mobil lebih ramah lingkungan, punya daya beli (terutama segmen menengah ke atas), dan akan membeli jika harganya turun dan infrastruktur pengisian daya tersedia luas. Peningkatan infrastruktur dan insentif dari pemerintah perlahan mengubah potensi ini menjadi permintaan aktual.
  • Layanan Belanja Bahan Makanan Online di Area Pedesaan: Di kota besar, layanan ini sudah umum (permintaan aktual tinggi). Di area pedesaan, permintaan aktualnya mungkin rendah. Tapi, bisa jadi ada permintaan potensial yang tinggi. Banyak ibu rumah tangga atau pemilik warung di pedesaan yang ingin kemudahan berbelanja online tanpa harus pergi ke pasar jauh (keinginan), punya daya beli (dengan harga dan ongkir yang pas), dan akan menggunakan layanan ini jika tersedia dan mudah diakses (akses). Tantangan di sini adalah membangun akses dan kesadaran.
  • Kursus Keterampilan Baru (Misal: Data Science): Dengan perkembangan teknologi, banyak profesional yang ingin menguasai keterampilan data science untuk meningkatkan karier (keinginan). Sebagian besar dari mereka punya daya beli untuk mengikuti kursus online atau offline (daya beli). Namun, mungkin mereka belum tahu ada kursus yang berkualitas atau belum punya waktu (akses/ketersediaan). Permintaan potensial di sini sangat besar, dan banyak platform edukasi berlomba-lomba menyasar segmen ini.

Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana permintaan potensial itu ada, menunggu kondisi yang tepat (harga, ketersediaan, informasi) untuk berubah menjadi permintaan aktual.

Tantangan dalam Mengukur Permintaan Potensial

Mengukur “sesuatu yang belum terjadi” jelas punya tantangan tersendiri:

  • Ketidakpastian: Perkiraan selalu punya margin kesalahan. Faktor eksternal (perubahan ekonomi, regulasi, teknologi baru yang disruptif) bisa mempengaruhi apakah potensi ini benar-benar terwujud.
  • Mengukur Keinginan: Bagaimana mengukur keinginan yang sifatnya subyektif? Survei bisa memberi gambaran, tapi kadang apa yang dikatakan orang tidak selalu sama dengan apa yang mereka lakukan.
  • Daya Beli Masa Depan: Memprediksi daya beli seseorang atau segmen di masa depan itu susah. Pendapatan bisa naik turun, inflasi bisa menggerogoti daya beli.
  • Faktor Akses yang Berubah: Akses bisa berubah cepat. Infrastruktur dibangun, teknologi distribusi baru muncul. Memprediksi ini juga tidak mudah.
  • Biaya Riset: Melakukan riset pasar yang mendalam untuk mengukur permintaan potensial bisa memakan biaya dan waktu yang tidak sedikit.

Meski ada tantangan, upaya mengukur permintaan potensial tetap worth it karena memberikan pandangan ke depan yang sangat berharga untuk strategi bisnis.

Tips Mengubah Permintaan Potensial Menjadi Permintaan Aktual

Oke, kamu sudah mengidentifikasi ada permintaan potensial yang besar untuk produkmu. Langkah selanjutnya adalah mengubah potensi itu jadi penjualan nyata. Gimana caranya?

  1. Atasi Kendala Akses: Jika masalahnya ada di distribusi, perluas jaringan penjualanmu. Buka cabang baru, jalin kerja sama dengan reseller, optimalkan penjualan online. Jika masalahnya informasi, tingkatkan upaya pemasaran dan edukasi.
  2. Sesuaikan Harga/Penawaran: Jika daya beli jadi isu, pertimbangkan opsi pembayaran cicilan, paket bundling yang lebih terjangkau, atau versi produk dengan harga lebih rendah (value for money). Kadang, menurunkan harga sedikit bisa membuka pasar potensial yang jauh lebih besar.
  3. Tingkatkan Kesadaran dan Keinginan: Gunakan marketing yang tepat sasaran. Edukasi target pasar tentang manfaat produkmu, ciptakan buzz dan rasa penasaran. Gunakan testimoni, influencer, atau konten yang relevan dengan kebutuhan mereka.
  4. Permudah Proses Pembelian: Pastikan website atau toko fisikmu mudah digunakan. Proses checkout online harus simpel dan aman. Layanan pelanggan harus responsif. Jangan sampai calon pembeli potensial mundur karena proses yang rumit.
  5. Berikan Insentif: Tawarkan promo khusus untuk pembeli pertama dari segmen potensial, program loyalitas, atau bonus menarik lainnya. Ini bisa jadi dorongan terakhir bagi mereka untuk memutuskan membeli.

Mengubah permintaan potensial menjadi aktual itu butuh strategi yang matang, sabar, dan seringkali, inovasi dalam cara berbisnis.

Permintaan Potensial dalam Berbagai Konteks

Konsep permintaan potensial ini tidak hanya relevan untuk bisnis baru atau produk baru. Ini juga penting dalam berbagai konteks lain:

  • Ekonomi Makro: Pemerintah dan ekonom melihat permintaan potensial untuk merencanakan kebijakan ekonomi. Jika permintaan potensial untuk sektor tertentu tinggi, pemerintah bisa memberikan insentif atau membangun infrastruktur pendukung.
  • Pemasaran Sosial: Organisasi nirlaba atau pemerintah yang mengampanyekan perubahan perilaku (misalnya, berhenti merokok, daur ulang) juga perlu mengukur permintaan potensial untuk perubahan tersebut. Siapa saja yang berpotensi mau berubah, tapi belum melakukannya? Apa kendalanya (keinginan, akses, ‘biaya’ perubahan)?
  • Pengembangan Kota/Wilayah: Pemerintah daerah yang ingin menarik investor atau meningkatkan kesejahteraan penduduk akan mengkaji permintaan potensial untuk berbagai jenis layanan (pendidikan, kesehatan, hiburan, perumahan) berdasarkan demografi dan tren di wilayah mereka.
  • Industri Baru: Industri seperti energi terbarukan, bioteknologi, atau AI saat ini mungkin memiliki permintaan aktual yang relatif kecil dibandingkan industri konvensional, tetapi permintaan potensialnya sangat masif seiring kesadaran global dan perkembangan teknologi.

Memahami permintaan potensial memberikan perspektif yang lebih luas tentang peluang di masa depan, bukan hanya situasi pasar saat ini. Ini adalah pandangan yang optimis namun realistis terhadap potensi pertumbuhan.

Global potential market
Image just for illustration

Kesimpulan

Permintaan potensial adalah elemen krusial dalam perencanaan bisnis strategis dan pemahaman pasar. Ini merujuk pada segmen pasar yang memiliki keinginan, daya beli, dan potensi akses terhadap produk atau layanan, meskipun belum menjadi pembeli aktif saat ini. Mengidentifikasi dan mengukur permintaan potensial membantu bisnis menemukan peluang pertumbuhan, mengembangkan produk yang tepat, dan merancang strategi pemasaran yang efektif. Meskipun mengukurnya penuh tantangan dan ketidakpastian, wawasan yang didapatkan sangat berharga untuk kesuksesan jangka panjang. Mengubah potensi ini menjadi permintaan aktual memerlukan upaya strategis dalam mengatasi hambatan seperti akses, harga, dan kesadaran pasar.

Punya pengalaman seru waktu mengukur permintaan potensial? Atau mungkin punya pertanyaan lain seputar topik ini? Jangan ragu berbagi di kolom komentar ya!

Posting Komentar