TFR: Apa Sih Itu? Panduan Lengkap Memahami Total Fertility Rate

Memahami Total Fertility Rate (TFR): Apa Itu dan Mengapa Penting?
Image just for illustration

Pernahkah kamu mendengar istilah Total Fertility Rate atau TFR? Mungkin terdengar sedikit teknis, tapi sebenarnya ini adalah konsep yang sangat penting untuk memahami perkembangan penduduk di suatu wilayah atau negara. Yuk, kita bahas lebih dalam apa sih sebenarnya TFR itu dan kenapa kita perlu tahu tentangnya.

Definisi Total Fertility Rate (TFR)

Secara sederhana, Total Fertility Rate (TFR) adalah angka rata-rata anak yang diperkirakan akan dilahirkan oleh seorang wanita selama masa reproduksinya. Masa reproduksi ini biasanya dianggap antara usia 15 hingga 49 tahun. Jadi, TFR ini bukan angka kelahiran saat ini, melainkan proyeksi atau perkiraan jumlah anak yang akan dimiliki seorang wanita sepanjang hidupnya, berdasarkan tingkat kelahiran saat ini.

Bayangkan begini, kita melihat pola kelahiran saat ini di suatu populasi. Kemudian, kita asumsikan pola ini akan terus berlanjut untuk generasi berikutnya. TFR adalah hasil dari asumsi tersebut. Angka ini dinyatakan dalam jumlah anak per wanita. Misalnya, jika TFR suatu negara adalah 2.1, itu berarti rata-rata setiap wanita di negara tersebut diperkirakan akan melahirkan 2.1 anak selama hidupnya.

Penting untuk diingat bahwa TFR adalah perkiraan dan bukan angka pasti. Kenyataannya, jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita bisa berbeda-beda, tergantung berbagai faktor seperti pendidikan, ekonomi, akses kesehatan, dan preferensi pribadi. Namun, TFR tetap menjadi indikator yang sangat berguna untuk melihat tren kelahiran dan memprediksi pertumbuhan penduduk di masa depan.

Mengapa TFR Penting?

Mengapa TFR Penting?
Image just for illustration

TFR bukan sekadar angka statistik yang membosankan. Angka ini punya dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan kita, lho! Memahami TFR penting karena beberapa alasan utama:

Indikator Kunci Demografi

TFR adalah salah satu indikator demografi yang paling penting. Demografi sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang kependudukan, termasuk ukuran, struktur, dan perubahan penduduk. TFR membantu kita memahami:

  • Potensi Pertumbuhan Penduduk: TFR di atas replacement rate (angka penggantian) menunjukkan bahwa populasi berpotensi tumbuh di masa depan. Sebaliknya, TFR di bawah replacement rate menandakan potensi penurunan populasi.
  • Struktur Usia Penduduk: TFR yang tinggi cenderung menghasilkan populasi dengan proporsi anak-anak dan remaja yang besar. Sementara TFR yang rendah dapat menyebabkan populasi yang menua dengan proporsi lansia yang lebih besar.
  • Perencanaan Pembangunan: Informasi tentang TFR sangat penting untuk perencanaan pembangunan di berbagai sektor, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, dan infrastruktur.

Perencanaan Pembangunan

Pemerintah dan perencana pembangunan sangat memperhatikan TFR karena angka ini mempengaruhi banyak aspek perencanaan, antara lain:

  • Pendidikan: TFR yang tinggi berarti kebutuhan akan fasilitas pendidikan, guru, dan sumber daya pendidikan akan meningkat di masa depan. Pemerintah perlu merencanakan pembangunan sekolah dan pelatihan guru untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
  • Kesehatan: TFR mempengaruhi kebutuhan layanan kesehatan ibu dan anak, fasilitas persalinan, vaksinasi, dan program kesehatan lainnya. Perencanaan layanan kesehatan harus mempertimbangkan tren TFR untuk memastikan ketersediaan layanan yang memadai.
  • Ekonomi dan Lapangan Kerja: TFR mempengaruhi pertumbuhan angkatan kerja di masa depan. TFR yang tinggi dapat berarti peningkatan jumlah angkatan kerja di masa depan, yang memerlukan perencanaan lapangan kerja dan pengembangan ekonomi yang sesuai. Sebaliknya, TFR yang rendah bisa menyebabkan kekurangan tenaga kerja di masa depan.
  • Infrastruktur: Pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh TFR akan meningkatkan kebutuhan akan infrastruktur seperti perumahan, transportasi, air bersih, sanitasi, dan energi. Perencanaan infrastruktur harus mempertimbangkan proyeksi pertumbuhan penduduk berdasarkan TFR.
  • Jaminan Sosial dan Pensiun: Struktur usia penduduk yang dipengaruhi oleh TFR berdampak pada sistem jaminan sosial dan pensiun. Populasi yang menua dengan TFR rendah dapat memberikan tekanan pada sistem pensiun karena jumlah pekerja yang membayar pajak untuk mendukung pensiunan menjadi lebih kecil.

Dampak Sosial dan Ekonomi

TFR juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang signifikan:

  • Kesejahteraan Keluarga: TFR yang tinggi, terutama jika tidak direncanakan, dapat memberikan tekanan ekonomi dan sosial pada keluarga. Keluarga dengan banyak anak mungkin menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pendidikan, dan kesehatan.
  • Pemberdayaan Perempuan: TFR yang tinggi seringkali dikaitkan dengan kurangnya kesempatan pendidikan dan pekerjaan bagi perempuan. Ketika perempuan memiliki lebih banyak anak, mereka mungkin memiliki lebih sedikit waktu dan kesempatan untuk mengembangkan diri di luar peran sebagai ibu. Sebaliknya, TFR yang rendah seringkali dikaitkan dengan peningkatan pemberdayaan perempuan karena mereka memiliki lebih banyak pilihan dalam hidup, termasuk dalam hal karir dan keluarga.
  • Lingkungan: Pertumbuhan penduduk yang didorong oleh TFR yang tinggi dapat memberikan tekanan pada sumber daya alam dan lingkungan. Peningkatan konsumsi sumber daya, polusi, dan deforestasi dapat menjadi konsekuensi dari pertumbuhan penduduk yang cepat.
  • Kualitas Hidup: Secara keseluruhan, TFR mempengaruhi kualitas hidup masyarakat. TFR yang seimbang, yang memungkinkan pertumbuhan penduduk yang berkelanjutan, dapat mendukung peningkatan kualitas hidup melalui perencanaan pembangunan yang efektif dan pemanfaatan sumber daya yang bijaksana.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi TFR

Faktor-faktor yang Mempengaruhi TFR
Image just for illustration

Kenapa sih TFR bisa berbeda-beda antara satu negara dengan negara lain, atau bahkan berubah dari waktu ke waktu? Ada banyak faktor kompleks yang memengaruhi TFR, beberapa di antaranya adalah:

Pendidikan dan Pemberdayaan Perempuan

Pendidikan perempuan adalah salah satu faktor terpenting yang memengaruhi TFR. Perempuan yang lebih berpendidikan cenderung memiliki TFR yang lebih rendah. Mengapa?

  • Pengetahuan dan Kesadaran: Pendidikan memberikan perempuan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, keluarga berencana, dan pilihan-pilihan hidup lainnya. Mereka menjadi lebih sadar akan pentingnya perencanaan keluarga dan memiliki akses informasi yang lebih baik.
  • Peningkatan Otonomi: Pendidikan memberdayakan perempuan untuk memiliki lebih banyak otonomi dan kontrol atas tubuh dan kehidupan mereka. Mereka lebih mungkin untuk menunda pernikahan dan kelahiran anak, serta membuat keputusan tentang jumlah anak yang mereka inginkan.
  • Kesempatan Karir: Perempuan berpendidikan memiliki lebih banyak kesempatan karir di luar rumah. Mereka mungkin memilih untuk fokus pada karir mereka dan menunda atau membatasi jumlah anak untuk mencapai tujuan karir mereka.
  • Status Sosial dan Ekonomi: Pendidikan seringkali meningkatkan status sosial dan ekonomi perempuan. Mereka menjadi lebih mandiri secara finansial dan memiliki lebih banyak sumber daya untuk membuat pilihan tentang keluarga dan reproduksi.

Pemberdayaan perempuan secara umum juga berperan penting. Ketika perempuan memiliki lebih banyak suara dalam keluarga dan masyarakat, mereka cenderung memiliki TFR yang lebih rendah. Pemberdayaan ini bisa mencakup aspek ekonomi, sosial, dan politik.

Akses ke Kontrasepsi dan Keluarga Berencana

Akses ke kontrasepsi dan layanan keluarga berencana sangat penting dalam mempengaruhi TFR. Ketika pasangan memiliki akses mudah dan terjangkau ke berbagai metode kontrasepsi, mereka dapat lebih efektif merencanakan jumlah dan waktu kelahiran anak.

  • Pilihan yang Lebih Luas: Ketersediaan berbagai metode kontrasepsi memberikan pasangan pilihan yang lebih luas untuk memilih metode yang paling sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka. Ini termasuk pil KB, suntik, implan, IUD, kondom, dan sterilisasi.
  • Perencanaan Keluarga yang Efektif: Kontrasepsi memungkinkan pasangan untuk merencanakan keluarga dengan lebih efektif, termasuk menunda kehamilan, mengatur jarak antar kelahiran, dan membatasi jumlah anak.
  • Mengurangi Kehamilan Tidak Direncanakan: Akses ke kontrasepsi membantu mengurangi angka kehamilan tidak direncanakan, yang seringkali berkontribusi pada TFR yang lebih tinggi.
  • Layanan Keluarga Berencana yang Komprehensif: Selain kontrasepsi, layanan keluarga berencana yang komprehensif juga mencakup edukasi, konseling, dan layanan kesehatan reproduksi lainnya. Layanan ini membantu pasangan membuat keputusan yang terinformasi tentang kesehatan reproduksi dan keluarga berencana.

Kondisi Ekonomi dan Sosial

Kondisi ekonomi dan sosial suatu negara atau wilayah juga sangat memengaruhi TFR.

  • Tingkat Kemiskinan: Di negara-negara dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, TFR cenderung lebih tinggi. Keluarga miskin mungkin melihat anak sebagai aset ekonomi, terutama di masyarakat agraris di mana anak-anak dapat membantu bekerja di ladang atau memberikan dukungan di usia tua. Namun, ini adalah pandangan yang kompleks dan semakin berubah seiring perkembangan ekonomi.
  • Urbanisasi: Urbanisasi, atau perpindahan penduduk dari desa ke kota, seringkali dikaitkan dengan penurunan TFR. Di perkotaan, biaya hidup cenderung lebih tinggi, dan anak-anak mungkin dianggap sebagai beban ekonomi daripada aset. Selain itu, perempuan di perkotaan memiliki lebih banyak akses ke pendidikan dan pekerjaan, serta layanan keluarga berencana.
  • Kesejahteraan Sosial: Sistem kesejahteraan sosial yang kuat, seperti jaminan sosial, pensiun, dan layanan kesehatan universal, dapat mengurangi ketergantungan pada anak sebagai sumber dukungan di usia tua. Ini dapat berkontribusi pada penurunan TFR.
  • Stabilitas Politik dan Keamanan: Kondisi politik yang stabil dan keamanan yang terjamin juga dapat memengaruhi TFR. Di negara-negara yang mengalami konflik atau ketidakstabilan, TFR mungkin lebih tinggi karena tingkat kematian bayi dan anak yang tinggi, serta kurangnya akses ke layanan keluarga berencana.

Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah memiliki peran penting dalam membentuk tren TFR.

  • Kebijakan Pro-Natalitas: Beberapa negara dengan TFR rendah menerapkan kebijakan pro-natalitas untuk mendorong peningkatan kelahiran. Kebijakan ini dapat mencakup insentif finansial untuk keluarga dengan anak, cuti hamil dan cuti ayah yang diperpanjang, subsidi perawatan anak, dan layanan keluarga berencana yang mendukung kehamilan. Contoh negara dengan kebijakan pro-natalitas adalah Prancis dan Swedia.
  • Kebijakan Anti-Natalitas: Sebaliknya, beberapa negara, terutama di masa lalu, pernah menerapkan kebijakan anti-natalitas untuk menekan angka kelahiran yang tinggi. Kebijakan ini bisa berupa pembatasan jumlah anak yang diizinkan per keluarga (seperti kebijakan satu anak di China), promosi keluarga berencana secara agresif, dan bahkan insentif untuk sterilisasi. Kebijakan anti-natalitas seringkali kontroversial dan dapat memiliki dampak negatif terhadap hak asasi manusia dan keseimbangan demografi jangka panjang.
  • Kebijakan Keluarga Berencana: Kebijakan yang mendukung akses universal ke layanan keluarga berencana yang berkualitas adalah kunci untuk mengendalikan TFR secara sukarela dan etis. Kebijakan ini harus memastikan ketersediaan informasi, edukasi, dan layanan kontrasepsi yang terjangkau dan mudah diakses oleh semua pasangan yang membutuhkan.

Budaya dan Agama

Faktor budaya dan agama juga memainkan peran dalam membentuk norma-norma sosial terkait keluarga, pernikahan, dan jumlah anak yang diinginkan.

  • Norma Budaya tentang Keluarga Besar: Dalam beberapa budaya, keluarga besar dengan banyak anak sangat dihargai dan dianggap sebagai simbol status sosial atau keberuntungan. Norma budaya ini dapat mendorong TFR yang lebih tinggi.
  • Peran Gender Tradisional: Peran gender tradisional yang membatasi peran perempuan pada ranah domestik dan reproduksi dapat berkontribusi pada TFR yang tinggi. Ketika perempuan diharapkan untuk menikah muda dan memiliki banyak anak, pilihan mereka dalam hal pendidikan, pekerjaan, dan keluarga menjadi terbatas.
  • Ajaran Agama: Beberapa agama memiliki ajaran yang mendorong kelahiran anak atau menentang penggunaan kontrasepsi. Ajaran agama ini dapat memengaruhi pandangan individu dan pasangan tentang keluarga berencana dan jumlah anak yang ideal.
  • Perubahan Nilai Sosial: Seiring dengan modernisasi dan globalisasi, nilai-nilai sosial terkait keluarga dan reproduksi juga mengalami perubahan. Nilai-nilai seperti individualisme, kesetaraan gender, dan fokus pada kualitas hidup seringkali dikaitkan dengan penurunan TFR.

Bagaimana TFR Dihitung?

Bagaimana TFR Dihitung?
Image just for illustration

Meskipun konsep TFR terdengar sederhana, perhitungannya sebenarnya melibatkan beberapa langkah. Secara umum, TFR dihitung dengan menjumlahkan age-specific fertility rates (ASFR) untuk semua kelompok usia wanita usia reproduksi (biasanya 15-49 tahun).

Age-Specific Fertility Rate (ASFR) adalah angka kelahiran untuk setiap kelompok usia wanita. Rumusnya adalah:

ASFR = (Jumlah kelahiran dari wanita kelompok usia tertentu) / (Jumlah wanita dalam kelompok usia tersebut)

Misalnya, ASFR untuk kelompok usia 25-29 tahun adalah jumlah kelahiran yang dilahirkan oleh wanita usia 25-29 tahun dibagi dengan jumlah total wanita usia 25-29 tahun.

Setelah ASFR dihitung untuk setiap kelompok usia (misalnya, 15-19, 20-24, 25-29, …, 45-49 tahun), TFR dihitung dengan menjumlahkan semua ASFR dan dikalikan dengan lebar interval usia (biasanya 5 tahun).

Rumus TFR (sederhana):

TFR = Σ (ASFR untuk setiap kelompok usia) x (Lebar Interval Usia)

Misalnya, jika kita menggunakan interval usia 5 tahun, maka rumus TFR menjadi:

TFR = (ASFR 15-19 + ASFR 20-24 + ASFR 25-29 + … + ASFR 45-49) x 5

Perhitungan TFR biasanya dilakukan menggunakan data kelahiran dan data populasi dari sensus penduduk atau survei demografi. Data ini dikumpulkan dan dianalisis oleh badan statistik nasional atau organisasi internasional seperti PBB.

Baca Juga: loading

Penting untuk dicatat: TFR adalah perkiraan yang didasarkan pada data kelahiran dan populasi pada periode waktu tertentu. Angka ini dapat berubah dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan pola kelahiran dan struktur usia penduduk.

Tren TFR Global dan di Indonesia

Tren TFR Global dan di Indonesia
Image just for illustration

Tren Global

Secara global, TFR mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Pada tahun 1950-an, rata-rata TFR global adalah sekitar 5 anak per wanita. Namun, pada tahun 2020, TFR global telah turun menjadi sekitar 2.4 anak per wanita. Proyeksi PBB menunjukkan bahwa TFR global akan terus menurun hingga mencapai sekitar 2.1 anak per wanita pada tahun 2050, yaitu replacement rate.

Replacement rate adalah tingkat TFR yang dibutuhkan untuk menjaga populasi tetap stabil dalam jangka panjang, tanpa migrasi. Angka ini biasanya sekitar 2.1 anak per wanita. Mengapa 2.1 dan bukan 2? Karena tidak semua anak akan bertahan hidup hingga usia reproduksi, dan ada sedikit ketidakseimbangan rasio jenis kelamin saat lahir (sedikit lebih banyak bayi laki-laki daripada perempuan).

Penurunan TFR global ini terutama disebabkan oleh:

  • Peningkatan akses ke pendidikan dan pemberdayaan perempuan di banyak negara.
  • Peningkatan akses ke kontrasepsi dan layanan keluarga berencana.
  • Urbanisasi dan perubahan gaya hidup.
  • Pergeseran nilai-nilai sosial terkait keluarga dan reproduksi.

Meskipun TFR global menurun, masih ada variasi yang signifikan antar wilayah dan negara. Negara-negara di Afrika Sub-Sahara masih memiliki TFR tertinggi di dunia, sementara negara-negara di Eropa dan Asia Timur memiliki TFR terendah.

TFR di Indonesia

Indonesia juga mengalami penurunan TFR dalam beberapa dekade terakhir, meskipun tidak secepat penurunan global. Pada tahun 1970-an, TFR Indonesia masih di atas 5 anak per wanita. Berkat program keluarga berencana yang sukses, TFR Indonesia berhasil diturunkan secara signifikan.

Saat ini, TFR Indonesia berada di sekitar 2.1 - 2.2 anak per wanita (data terbaru mungkin sedikit berbeda, cek sumber data terkini). Angka ini sudah mendekati replacement rate, dan bahkan di beberapa daerah perkotaan, TFR sudah di bawah replacement rate.

Pemerintah Indonesia terus berupaya menjaga TFR agar tetap stabil di sekitar replacement rate. Program keluarga berencana tetap dilanjutkan, dengan fokus pada peningkatan kualitas layanan dan edukasi, serta mengatasi tantangan di daerah-daerah dengan TFR yang masih tinggi.

Meskipun penurunan TFR di Indonesia adalah keberhasilan dalam pengendalian pertumbuhan penduduk, Indonesia juga perlu bersiap menghadapi tantangan demografi di masa depan, seperti populasi yang menua dan potensi kekurangan tenaga kerja jika TFR terus menurun di bawah replacement rate.

TFR Ideal: Berapa Seharusnya?

TFR Ideal: Berapa Seharusnya?
Image just for illustration

Pertanyaan tentang TFR ideal adalah pertanyaan yang kompleks dan tidak ada jawaban tunggal yang berlaku untuk semua negara atau situasi. Namun, ada beberapa perspektif yang perlu dipertimbangkan:

  • Replacement Rate (2.1): Secara demografi, TFR sekitar replacement rate (2.1 anak per wanita) dianggap ideal untuk menjaga populasi tetap stabil dalam jangka panjang. TFR di sekitar angka ini memungkinkan pergantian generasi tanpa pertumbuhan atau penurunan populasi yang drastis (tanpa migrasi).
  • Pertumbuhan Penduduk Berkelanjutan: Beberapa ahli berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk yang moderat mungkin masih diperlukan di beberapa negara untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan inovasi. Dalam pandangan ini, TFR sedikit di atas replacement rate mungkin dianggap ideal.
  • Kualitas Hidup dan Sumber Daya: Perspektif lain menekankan pentingnya kualitas hidup dan keberlanjutan sumber daya alam. Dalam pandangan ini, TFR yang lebih rendah mungkin dianggap ideal untuk mengurangi tekanan pada lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup per kapita. Beberapa negara maju dengan TFR rendah justru memiliki kualitas hidup yang tinggi.
  • Konteks Lokal dan Nasional: TFR ideal juga sangat tergantung pada konteks lokal dan nasional. Negara dengan kepadatan penduduk tinggi mungkin lebih memilih TFR yang lebih rendah, sementara negara dengan populasi yang menua dan kekurangan tenaga kerja mungkin ingin mempertahankan atau sedikit meningkatkan TFR. Faktor-faktor ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan juga perlu dipertimbangkan.

Tidak ada angka ajaib untuk TFR ideal yang berlaku universal. Setiap negara perlu mempertimbangkan kondisi demografi, ekonomi, sosial, dan lingkungannya sendiri untuk menentukan tingkat TFR yang paling sesuai dengan tujuan pembangunan jangka panjangnya. Yang terpenting adalah mencapai keseimbangan demografi yang berkelanjutan dan mendukung kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Fakta Menarik Seputar TFR

Fakta Menarik Seputar TFR
Image just for illustration

  • TFR Tertinggi Sepanjang Sejarah: Diperkirakan TFR tertinggi yang pernah tercatat dalam sejarah adalah di Niger pada tahun 1950-an, yaitu lebih dari 7 anak per wanita! Bayangkan betapa cepatnya pertumbuhan penduduk saat itu.
  • TFR Terendah di Dunia: Saat ini, beberapa negara di Asia Timur seperti Korea Selatan dan Taiwan memiliki TFR terendah di dunia, yaitu di bawah 1 anak per wanita. Ini menimbulkan kekhawatiran tentang penurunan populasi yang cepat dan penuaan penduduk yang ekstrem.
  • Dampak Pandemi COVID-19: Pandemi COVID-19 diperkirakan memiliki dampak pada TFR di beberapa negara. Beberapa studi awal menunjukkan adanya penurunan angka kelahiran di negara-negara yang terdampak parah oleh pandemi, mungkin karena ketidakpastian ekonomi dan kekhawatiran kesehatan. Namun, dampak jangka panjang pandemi terhadap TFR masih perlu diteliti lebih lanjut.
  • Perbedaan TFR di Perkotaan dan Pedesaan: Secara umum, TFR di daerah perkotaan cenderung lebih rendah daripada di daerah pedesaan. Hal ini terkait dengan faktor-faktor seperti akses pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik bagi perempuan di perkotaan, biaya hidup yang lebih tinggi, dan perubahan gaya hidup.
  • TFR dan Tingkat Kematian Bayi: Terdapat hubungan terbalik antara TFR dan tingkat kematian bayi. Negara-negara dengan TFR tinggi seringkali juga memiliki tingkat kematian bayi yang tinggi. Ketika tingkat kematian bayi menurun, TFR cenderung juga menurun karena orang tua tidak perlu lagi memiliki banyak anak untuk memastikan setidaknya beberapa anak bertahan hidup hingga dewasa.

Kesimpulan

Total Fertility Rate (TFR) adalah indikator demografi yang sangat penting untuk memahami tren kelahiran dan potensi pertumbuhan penduduk di masa depan. TFR dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks, termasuk pendidikan perempuan, akses ke kontrasepsi, kondisi ekonomi sosial, kebijakan pemerintah, serta budaya dan agama.

Memahami TFR penting untuk perencanaan pembangunan di berbagai sektor, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan infrastruktur. Tren TFR global menunjukkan penurunan yang signifikan, dan Indonesia juga mengalami penurunan TFR yang mendekati replacement rate.

Meskipun tidak ada angka TFR ideal yang berlaku universal, menjaga TFR di sekitar replacement rate atau sedikit di atasnya mungkin dianggap ideal untuk mencapai keseimbangan demografi yang berkelanjutan. Setiap negara perlu mempertimbangkan konteks lokal dan nasionalnya dalam menentukan kebijakan terkait TFR.

Bagaimana pendapatmu tentang TFR? Apakah kamu punya pertanyaan atau pandangan lain terkait topik ini? Yuk, berbagi di kolom komentar!

Posting Komentar